Ada sebuah
contoh tentang seseorang yang mendengarkan
alunan melodi.
Dia bilang dia pernah
mendengarkan sebuah simponi
yang musiknya luar
biasa indah
tapi diakhir rekaman
musik itu,
ada cacat suara yang
sangat jelek.
Dan ia menambahkan
dengan sangat emosional,
hal itu merusak kesan
keseluruhannya.
Padahal tidak demikian. Apa yang rusak adalah ingatan tentang
kesan itu.
Ia tetap mengalami
pengalaman itu.
Ia menikmati musik yang
luar biasa indah selama 20 menit. Yang hilang percuma karena sebuah ingatan; ingatan yang rusak, dan hanya ingatan rusak itulah yang ia
simpan.
Apa yang
ditunjukkan hal itu, sebenarnya, adalah mungkin kita memikirkankan diri
kita dan orang lain
dalam dua sisi yang
berbeda.
Kita mempunyai sisi
yang mengalami,
yang hidup di saat ini dan menyadari saat ini, yang mampu merasakan kembali masa yang
telah berlalu
padahal sisi itu hanya
memiliki saat ini.
Sisi yang mengalami ini
yang membuat seorang dokter--
biasalah, ketika dia
bertanya,
"Sakit tidak kalau
saya sentuh disini?"
Kemudian ada sisi yang
mengingat,
sisi yang mengingat ini
yang hitung-hitungan,
dan yang memelihara
cerita hidup kita,
yang membuat seorang
dokter datang
dan bertanya, "Apa yang kamu rasakan akhir-akhir
ini?"
atau "Bagaimana
perjalanan anda ke Albania?" atau hal lain semacam itu. Keduanya adalah hal yang sangat berbeda. Ketidakmampuan sisi yang mengalami dan sisi yang
mengingat
membedakan keduanya
adalah bagian dari kerancuan
dalam teori
kebahagiaan.
Sisi yang
mengingat ini,
adalah pendongeng. Dan sebenarnya berawal dari respon dasar
ingatan kita--
yang mulai dengan
seketika.
Kita tidak hanya
bercerita ketika kita ingin bercerita. Ingatan kita senantiasa bercerita, apa yang kita simpan dari semua
pengalaman kita
adalah sebuah cerita. Apa hakekat sebuah cerita? Dan ini berlaku untuk semua cerita yang diceritakan oleh ingatan pada kita, dan juga berlaku untuk semua cerita yang
kita karang.
Hakekat sebuah cerita
adalah perubahan, perubahan besar antara momen dan akhir cerita. Akhir cerita adalah sangat penting dan dalam hal ini, akhir cerita menjadi
penentu.
Sedangkan sisi
yang mengalami
hidup terus menerus
tanpa akhir,
ia memiliki momen-momen
pengalaman sambung menyambung. Lalu, Apa yang terjadi dengan
momen-momen itu?
Jawabannya cukup jelas. Mereka hilang untuk selamanya. Maksudnya, hampir semua momen hidup kita
--- dimana keberadaan kejiwaan adalah sepanjang kira-kira 3 detik. Yang artinya adalah, Anda tahu, dalam satu kehidupan terdapat sekitar
600 juta (keberadaan psikologis). Dalam sebulan terdapat 600.000. Hampir semua tidak meninggalkan jejak. Hampir semua terabaikan, oleh sisi yang mengingat. Namun, meski begitu, kita tetap merasa bahwa mereka adalah penting, dan yang terjadi pada saat mengalami
momen-momen tersebut
adalah hidup kita. Terhadap sumberdaya terbatas yang kita
habiskan
ketika kita masih
dibumi ini.
Cara menghabiskannya tampak menjadi seusatu yang relevan, namun cerita itu bukan cerita yang disimpan oleh sisi
yang mengingat.
Jadi kita
memiliki sisi yang mengingat
dan sisi yang
mengalami.
dan keduanya sangat
berbeda satu dengan lainnya.
Perbedaan terbesar
antara mereka
adalah dalam memaknai
waktu. Dari sudut pandang sisi yang mengalami, ketika berlibur, dan minggu kedua sama bagusnya dengan
minggu pertama,
maka pengalaman liburan
selama dua minggu
dua kali lebih baik
dari pada liburan satu minggu. Itu tidak berlaku bagi sisi yang
mengingat.
Bagi sisi yang
mengingat, liburan selama dua minggu tidak jauh berbeda dengan liburan selama
satu minggu
karena tidak ada
penambahan ingatan baru.
ceritanya belum berubah. Dalam hal ini, waktu merupakan variabel yang kritis yang membedakan sisi yang mengingat dari sisi yang mengalami. Waktu hanya sedikit berpengaruh pada
cerita ini.
Tapi sisi yang
mengingat melakukan lebih dari sekedar mengingat dan bercerita. Sisi yang mengingatlah yang sebenarnya
membuat keputusan
karena, bila ada
seorang pasien yang pernah
mengalami dua proses
pengobatan dengan dua dokter yang berbeda dan sedang memutuskan untuk memilih
(dokter) yang mana,
yang memilih adalah sisi yang mempunya ingatan yang lebih
menyenangkan
dan dengan cara itulah
dokter tersebut terpilih.
Sisi yang mengalami tidak memiliki suara dalam hal ini. Kita sebenarnya tidak memilih
berdasarkan pengalaman-pengalaman. Kita memilih berdasarkan ingatan dari
pengalaman-pengalaman.
Bahkan ketika kita
berpikir tentang masa depan,
kita biasanya tidak
menganggap masa depan kita sebagai pengalaman. Kita menganggap masa depan kita sebagai ingatan yang kita harapkan. Dan pada dasarnya memang tampaknya, kita dijajah oleh sisi yang mengingat, dan kalian bisa berpikir bahwa sisi yang
mengingat
seperti menyeret sisi
yang mengalami
kedalam
pengalaman-pengalaman
yang tidak dibutuhkan
sisi yang mengalami.
Ini yang
biasanya sering terjadi,
alasan kita berlibur sebagian besar karena demi memuaskan sisi yang mengingat itu. Dan ini memang agak kurang masuk akal.
Maksudnya, seberapa banyak sebenarnya ingatan yang kita pakai ? Mengapa kita sangat menekankan ingatan dibandingkan pengalaman?
sumber: TED.com
, Daniel Kahneman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar