Jadi mari kita
lakukan
sebuah percobaan
terhadap pikiran kita.
Bayangkan jika liburan
Anda selanjutnya,
Anda tahu pada akhir
liburan
semua foto-foto Anda
akan rusak,
dan Anda akan meminum
obat penghapus ingatan
sehingga tidak
mengingat apa-apa.
Nah, apakah Anda akan
memilih liburan yang sama?.
Meski Anda memilih
liburan lain,
akan tetap terjadi
konflik antara kedua sisi itu. Dan Anda butuh memikirkan jalan keluar
dari konflik itu,
dan sebenarnya tidak
semua mudah dimengerti karena, jika Anda berpikir berdasarkan waktu, maka Anda akan mendapat satu jawaban. Dan bila Anda berpikir berdasarkan
ingatan,
kalian juga bisa
mendapatkan jawaban yang lain. Kenapa kita memilih liburan yang kita
lakukan,
hal ini adalah sebuah
masalah yang kita hadapi
dari sebuah pilihan
diantara kedua diri kita.
Saat ini, kedua
diri kita
memunculkan dua teori
kebahagiaan.
Tetapi terhadap diri
kita, kedua konsep kebahagiaan itu hanya bisa diterapkan salah satu dari
konsep itu.
Jadi anda bisa tanya
tentang: Seberapa bahagia sisi yang mengalami itu ? Dan anda bisa tanya tentang: Seberapa
bahagia momen-momen
dalam hidup sang sisi
yang mengalami ?
Dan semua itu --
kebahagian dalam tiap momen
adalah sebuah proses
yang rumit.
Emosi-emosi apa saja
yang bisa diukur?
Bila Anda bertanya
tentang kebahagiaan dalam sisi yang mengingat akan menjadi suatu hal yang sangat
berbeda.
Ini bukan mengenai
seberapa bahagia kehidupan seseorang, ini adalah mengenai seberapa puas
seseorang
ketika ia memikirkan
tentang hidupnya.
Hal yang sangat
berbeda.
Alasan lain kita
tidak dapat berpikir jernih mengenai kebahagiaan karena kita tidak memperhatikan hal yang
sama ketika kita berpikir tentang kehidupan,
dan ketika kita menjalani hidup. Jadi, kalau Anda menanyakan pertanyaan
sederhana tentang seberapa bahagia orang-orang di desa, Anda tidak akan mendapat jawaban yang
tepat. Ketika Anda menanyakan hal itu, Anda berpikir orang-orang pasti lebih
bahagia di desa,
dibandngkan, sebut
saja, orang yang hidup di kota. Dan yang terjadi adalah ketika Anda berpikir tetang hidup di
desa, Anda memikirkan kesenjangan yang ada antara desa dan tempat-tempat lain, dan kesenjangan itu, sebut saja, ada
dalam iklim.
Namun, ternyata iklim tidak begitu penting bagi sisi yang
mengalami
dan bahkan tidak
seberapa penting bagi cerminan diri yang memutuskan seberapa bahagia
seseorang itu.
Sekarang, karena
cerminan diri itu lebih berkuasa, Anda mungkin akan memutuskan -- beberapa
orang mungkin akan memutuskan
pindah ke desa. Dan menarik untuk diikuti apa yang
kemudian terjadi
pada orang-orang yang
pindah ke desa dengan harapan lebih bahagia. Sisi yang mengalami dari diri mereka tidak akan menjadi lebih bahagia. Kita tahu itu. Namun satu hal akan terjadi. Mereka
pikir mereka lebih bahagia,
karena, ketika
memikirkan kebahagiaan
mereka teringat pada
seberapa buruk iklim di kota.
Dan mereka akan merasa
kalau mereka membuat keputusan tepat.
sumber: TED.com , Daniel Kahneman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar