Faktanya, beberapa dari pemimpin perubahan kita dalam
sejarah adalah orang-orang introvert. Beberapa contoh: Eleanor
Roosevelt, Rosa Parks, Gandhi -- semua
orang ini menggambarkan diri mereka sebagai
pendiam, berbicara pelan dan bahkan pemalu. Dan
mereka semua tampil ke depan, walaupun
setiap tulang dalam tubuh mereka mencegah
mereka. Dan ini justru menjadi kekuatan spesial
tersendiri, karena
orang dapat merasa bahwa pemimpin ini berada pada kemudi, bukan
karena mereka suka memerintah orang lain dan
bukan karena senang diperhatikan; mereka di sana karena mereka tidak punya
pilihan, karena mereka terdorong untuk melakukan apa
yang mereka pikir benar.
Sekarang saya berpikir penting untuk mengatakan bahwa
saya sebenarnya sangat suka pada para ekstrover, saya
selalu suka menyatakan beberapa teman baik saya adalah orang ekstrover. Dan
kita semua jatuh di titik tertentu, tentu saja, di
antara pandangan introver/ekstrover. Bahkan
Carl Jung, psikolog yang pertama kali mempopulerkan istilah ini, mengatakan bahwa
tidak ada yang namanya introver murni atau
ekstrover murni. Dia
mengatakan bahwa seorang akan dimasukkan ke pengasingan orang gila, jika
dia ada. Dan beberapa orang jatuh tepat di tengah dari
pandangan introver/ekstrover, dan
kita menyebut orang ini ambivert. Dan aku
seringkali berpikir mereka punya yang terbaik dari seluruh dunia. Namun
banyak dari kita mengenali diri kita sebagai satu tipe atau yang lain.
Dan secara kultural kita butuh keseimbangan yang lebih
baik. Kita butuh lebih keseimbangan yin dan yang di
antara dua tipe ini. Ini
penting khususnya ketika
berhadapan dengan kreativitas dan produktivitas, karena
ketika para psikolog melihat pada
kehidupan kebanyakan orang yang kreatif, yang
mereka temukan adalah
orang-orang yang sangat baik dalam bertukar ide dan
mengembangkan ide, namun
juga punya lapisan introversi yang sangat dalam pada diri mereka.
Dan ini dikarenakan kesunyian seringkali merupakan bahan
yang sangat penting bagi
kreativitas. Maka
Darwin, dia berjalan jauh sendirian di dalam hutan dan
secara empatik menolak undangan pesta makan malam. Theodor
Giesel, lebih dikenal sebagai Dr. Seuss, membayangkan
banyak kreasinya yang menakjubkan dalam
sebuah menara lonceng kantornya di
belakang rumahnya di La Jolla, California. Dan dia sebenarnya takut untuk
bertemu anak kecil yang membaca bukunya, takut
mereka mengharapkannya semacam
figur Santa Clauss yang ceria dan
akan kecewa dengan pribadinya yang cenderung pendiam. Steve
Wozniak menciptakan komputer Apple pertama saat
sedang duduk sendirian dalam kubikalnya di
Hewlett-Packard di mana dia sedang bekerja saat itu. Dan dia
mengatakan bahwa dia tidak akan bisa menjadi seorang ahli jika
dia tidak menjadi sangat introvert untuk meninggalkan rumah ketika
dia tumbuh dewasa.
Sekarang tentu saja, ini tidak
berarti bahwa kita seharusnya berhenti berkolaborasi -- dan
pada kasusnya, Steve Wozniak terkenal bersama dengan Steve Jobs untuk
memulai Apple Computer -- tapi
hal itu berarti bahwa kesendirian dan
bahwa bagi beberapa orang itu
adalah udara yang mereka hirup. Dan faktanya, kita tahu bahwa selama
berabad-abad mengenai
kekuatan transendental dari kesunyian. Hanya akhir-akhir ini anehnya kita mulai
melupakannya. Jika
kamu melihat pada kebanyakan agama besar di dunia, kamu
akan temukan para pencari – Nabi Musa As,
Yesus, Budha, Nabi Muhammad SAW -- para
pencari yang pergi sendirian ke alam belantara di mana
mereka kemudian mendapatkan pengalaman yang luar biasa dan juga turunnya wahyu yang
kemudian mereka bawa kembali untuk seluruh komunitas. Jadi
tanpa pergi ke belantara, tidak ada wahyu yang turun. Kita semua sekarang tidak
harus pergi dan membangun ruang kabin kita di hutan dan
tidak berbicara lagi satu sama lain, tapi kita
bisa bertahan tidak terikat dan
menuju ke dalam kepala kita sendiri sedikit
lebih sering.
Sumber: TED.com , Susan Cain: The power of introvert
Tidak ada komentar:
Posting Komentar