Rabu, 22 Oktober 2014

Apakah Seorang Introvert Menjadi Pemimpin?



Faktanya, beberapa dari pemimpin perubahan kita dalam sejarah adalah orang-orang introvert. Beberapa contoh: Eleanor Roosevelt, Rosa Parks, Gandhi -- semua orang ini menggambarkan diri mereka sebagai pendiam, berbicara pelan dan bahkan pemalu. Dan mereka semua tampil ke depan, walaupun setiap tulang dalam tubuh mereka mencegah mereka. Dan ini justru menjadi kekuatan spesial tersendiri, karena orang dapat merasa bahwa pemimpin ini berada pada kemudi, bukan karena mereka suka memerintah orang lain dan bukan karena senang diperhatikan; mereka di sana karena mereka tidak punya pilihan, karena mereka terdorong untuk melakukan apa yang mereka pikir benar.

Sekarang saya berpikir penting untuk mengatakan bahwa saya sebenarnya sangat suka pada para ekstrover, saya selalu suka menyatakan beberapa teman baik saya adalah orang ekstrover. Dan kita semua jatuh di titik tertentu, tentu saja, di antara pandangan introver/ekstrover. Bahkan Carl Jung, psikolog yang pertama kali mempopulerkan istilah ini, mengatakan bahwa tidak ada yang namanya introver murni atau ekstrover murni. Dia mengatakan bahwa seorang akan dimasukkan ke pengasingan orang gila, jika dia ada. Dan beberapa orang jatuh tepat di tengah dari pandangan introver/ekstrover, dan kita menyebut orang ini ambivert. Dan aku seringkali berpikir mereka punya yang terbaik dari seluruh dunia. Namun banyak dari kita mengenali diri kita sebagai satu tipe atau yang lain.

Dan secara kultural kita butuh keseimbangan yang lebih baik. Kita butuh lebih keseimbangan yin dan yang di antara dua tipe ini. Ini penting khususnya ketika berhadapan dengan kreativitas dan produktivitas, karena ketika para psikolog melihat pada kehidupan kebanyakan orang yang kreatif, yang mereka temukan adalah orang-orang yang sangat baik dalam bertukar ide dan mengembangkan ide, namun juga punya lapisan introversi yang sangat dalam pada diri mereka.

Dan ini dikarenakan kesunyian seringkali merupakan bahan yang sangat penting bagi kreativitas. Maka Darwin, dia berjalan jauh sendirian di dalam hutan dan secara empatik menolak undangan pesta makan malam. Theodor Giesel, lebih dikenal sebagai Dr. Seuss, membayangkan banyak kreasinya yang menakjubkan dalam sebuah menara lonceng kantornya di belakang rumahnya di La Jolla, California. Dan dia sebenarnya takut untuk bertemu anak kecil yang membaca bukunya, takut mereka mengharapkannya semacam figur Santa Clauss yang ceria dan akan kecewa dengan pribadinya yang cenderung pendiam. Steve Wozniak menciptakan komputer Apple pertama saat sedang duduk sendirian dalam kubikalnya di Hewlett-Packard di mana dia sedang bekerja saat itu. Dan dia mengatakan bahwa dia tidak akan bisa menjadi seorang ahli jika dia tidak menjadi sangat introvert untuk meninggalkan rumah ketika dia tumbuh dewasa.

Sekarang tentu saja, ini tidak berarti bahwa kita seharusnya berhenti berkolaborasi -- dan pada kasusnya, Steve Wozniak terkenal bersama dengan Steve Jobs untuk memulai Apple Computer -- tapi hal itu berarti bahwa kesendirian dan bahwa bagi beberapa orang itu adalah udara yang mereka hirup. Dan faktanya, kita tahu bahwa selama berabad-abad mengenai kekuatan transendental dari kesunyian. Hanya akhir-akhir ini anehnya kita mulai melupakannya. Jika kamu melihat pada kebanyakan agama besar di dunia, kamu akan temukan para pencari – Nabi Musa As, Yesus, Budha, Nabi Muhammad  SAW -- para pencari yang pergi sendirian ke alam belantara di mana mereka kemudian mendapatkan pengalaman yang luar biasa dan juga turunnya wahyu yang kemudian mereka bawa kembali untuk seluruh komunitas. Jadi tanpa pergi ke belantara, tidak ada wahyu yang turun. Kita semua sekarang tidak harus pergi dan membangun ruang kabin kita di hutan dan tidak berbicara lagi satu sama lain, tapi kita bisa bertahan tidak terikat dan menuju ke dalam kepala kita sendiri sedikit lebih sering.

Sumber: TED.com , Susan Cain: The power of introvert

Tidak ada komentar:

Posting Komentar