Minggu, 12 Oktober 2014

Kreatifitas



Di zaman Yunani dan Romawi kuno orang tak menganggap kreatifitas berasal dari manusia. Orang percaya bahwa kreatifitas adalah roh pembantu yang berasal dari sebuah sumber yang jauh dan misterius untuk alasan yang misterius pula. Orang Yunani menamai roh kreatifitas tersebut "daemon". Socrates percaya bahwa dia memiliki daemon yang mengajarkan kebijakan dari jauh. Orang Romawi pun mempercayai ide yang sama, tapi mereka menyebut makhluk itu Jenius. Lucu bahwa orang Romawi tidak menganggap Jenius sebagai manusia yang sangat-sangat pintar. Mereka percaya Jenius adalah sesuatu yang magis dan sakral yang hidup dalam tembok ruang kerja seniman, mirip seperti peri-rumah Dobby, yang keluar dari persembunyiannya untuk membantu sang seniman dan membentuk hasil akhir karya tersebut.

Sangat brilian, sebuah konstruksi psikologis untuk melindungi dari karya kita sendiri. Dan karena semua orang mengetahuinya Maka seniman kuno terlindungi dari sejumlah hal, seperti narsisme berlebihan. Sebab karya brilian Anda bukanlah hasil Anda sendiri, semua orang tahu bahwa Anda dibantu oleh roh Jenius. Dan karya gagal Anda bukan sepenuhnya salah Anda, Semua tahu Jenius Anda lah yang dungu. Dan dulunya, seperti inilah kepercayaan di Barat tentang kreatifitas.

Lalu datanglah masa Renaisans dan semua berubah, dan kita berpikir bahwa manusia adalah pusat alam semesta di atas semua dewa dan misteri, tak ada ruang untuk makhluk mistis pemberi arah. Dan ini lah awal humanisme rasional, orang-orang mulai percaya bahwa kreativitas bersumber seutuhnya dari manusia. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Anda mulai mendengar seniman ini dan itu disebut sebagai jenius bukannya memiliki jenius.
Ini merupakan kesalahan besar. Membiarkan seseorang, satu manusia biasa, percaya bahwa dirinya adalah wadah bentuk dan esensi dan sumber dari seluruh wahyu, kreatifitas, misteri, rahasia abadi menjadi tanggung jawab yang terlalu besar untuk hati manusia yang rapuh. Seakan meminta seseorang menelan matahari. Menyesatkan dan mengelabui ego, Menciptakan harapan akan performa yang berlebihan. Tekanan dari situlah yang selama 500 tahun terakhir telah membunuh banyak seniman.

Dan kita harus terus mengingatkan diri saat mulai merasa lepas kendali, untuk tidak takut. Jangan kecil hati. Lakukan saja kerjamu. Teruslah hadir untuk melakukan bagian kita, apapun itu. Jika tugasmu menari, maka menarilah. Jika Jenius belagu yang ditugaskan untuk menjagamu memutuskan untuk mengungkapkan sekilas keajaiban, untuk sesaat lewat usahamu, maka lakukanlah. Jika tidak, tetaplah menari. Walaupun demikian bagimu. Saya memercayai ini dan kita harus mengajarkannya. Walaupun demikian bagimu, bagi kekeras kepalaan dan cinta manusiawi untuk tetap berusaha.

Sumber: TED.com , Elizabeth Gilbert: Your elusive creative genius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar