Selasa, 14 Oktober 2014

Proses Kreatif


Ada penyair Amerika luar biasa Ruth Stone, kini berumur 90an, tapi telah menulis puisi sepanjang hidupnya. Ruth bercerita saat tumbuh di pedesaan Virginia, saat dia bekerja di ladang, dan dia merasakan dan mendengar sebuah puisi datang jauh dari ujung cakrawala. Bagaikan rentetan air yang menggelegar. Datang menghantam Ruth di ladang. Ruth merasakannya, karena getaran bumi tempat Ruth berpijak. Hanya ada satu hal yang dapat dilakukannya saat itu, yaitu "berlari seperti dikejar setan." Dan Ruth berlari ke rumahnya, dengan puisi itu mengejarnya, untuk secepat mungkin mendapatkan kertas dan pensil agar saat puisi itu menembus dirinya, Ruth bisa menangkapnya dan mengurungnya dalam tulisan. Terkadang Ruth tidak cukup cepat, Ruth terus berlari dan berlari dan berlari, dan sebelum sampai rumah puisi itu telah menembusnya dan Ruth pun melewatkannya lalu puisi itu terus mengalir meninggalkan Ruth, mencari, seperti katanya, "seorang penyair lain" Ada kalanya lagi, ini bagian yang tak terlupakan, Ruth bilang ada saat dimana dia hampir melewatkannya. Lalu saat Ruth berlari ke dalam rumah dan mencari kertas, puisi itu menembus tubuhnya, di saat yang sama Ruth meraih sebuah pensil, lalu Ruth berkata dia mengulurkan tangan yang satunya mencoba menangkap puisi itu. Ruth menangkap puisi itu di ekornya, dan menarik puisi itu kembali ke arahnya sambil berusaha menuliskannya di kertas. Saat itu juga, puisi tersebut tertulis di kertas dengan utuh dan sempurna, tetapi terbalik, dari kata terakhir ke depan. Luar biasa, seperti itulah proses kreatif.
 
Contoh kontemporer terbaik ada pada musisi Tom Waits. Tom, dalam sebagian besar hidupnya, dia menjadi perwujudan seniman modern kontemporer yang tersiksa, yang berusaha mengontrol, mengatasi dan menguasai kreatifitas impulsif yang tak terkontrol yang sepenuhnya terjadi dalam jiwanya.
Lalu Tom menjadi semakin dewasa dan tenang dan suatu hari Tom menyetir di jalur cepat di Los Angeles, dan di sini semuanya berubah baginya. Sambil menyetir, tiba-tiba Tom mendengar sepotong melodi masuk ke kepalanya seperti laiknya sebuah inspirasi, perlahan dan menggoda dan Tom menginginkannya, begitu indah. Tom mengharapkannya, tapi tanpa daya untuk menangkapnya. Saat itu Tom tak memiliki kertas ataupun pensil, tak ada alat rekaman di dekatnya.

Dan Tom mulai merasa gelisah "Aduh, aku akan kehilangan melodi ini, lalu akan terus dihantui lagu ini selamanya. Aku begitu payah dan tak mampu." Lalu bukannya panik, dia berhenti. Dia hentikan seluruh proses mental tadi dan ia lakukan sesuatu yang sangat baru. Tom memandang ke langit, dan berkata,"Maaf, tidakkah kamu lihat saya sedang menyetir?" "Memangnya saya bisa menulis lagu saat ini? Jika kamu memang ingin berwujud, kembalilah di waktu yang tepat saat saya bisa meladenimu. Jika tidak, ganggulah orang lain. Ganggulah Leonard Cohen."

Dan sejak itu, proses kerja Tom berubah. Bukan karyanya, mereka tetap kelam seperti biasa. Tetapi prosesnya, dan kegelisahan di sekitarnya terbebaskan saat Tom merelakan jin, kejeniusannya yang hanya bisa merepotkan, dan mengembalikannya ke asalnya menyadarkan Tom bahwa kreatifitas tidaklah harus menyiksa. Kreatifitas dapat berupa kolaborasi istimewa, indah dan unik. Sebuah percakapan antara Tom dan sesuatu yang aneh yang bukan sepenuhnya Tom.

Karena -- Intinya begini, OK -- beberapa abad yang lalu di padang pasir Afrika Utara orang biasa berkumpul untuk tarian rembulan dan musik yang sakral yang terus berlangsung hingga fajar. Penampilan mereka selalu luar biasa, karena penari tersebut profesional dan begitu hebat. Tapi sesekali, sangat jarang, sesuatu yang lain terjadi, dan salah satu penari itu akan mengalami transendensi. Saya tahu Anda mengerti apa yang saya maksud. Karena kita semua pernah melihatnya, tarian yang transendental. Waktu pun seakan berhenti dan penari itu seakan menembus suatu portal. Dia tidak melakukan sesuatu yang berbeda dengan 1,000 malam sebelumnya, hanya saja segalanya jadi selaras. Mendadak penari tersebut tidak lagi tampak sekedar manusia. Dia bercahaya dari dalam, dan dari bawah, dia bercahaya dengan api ilahiah.

Masalahnya, pada pagi hari berikutnya, saat penari itu bangun tidur, Menyadari hari itu adalah Selasa, pukul 11 siang dan dia bukan lagi keajaiban. Penari itu hanya manusia tua dengan lutut yang rewel, dan mungkin tidak akan pernah transendensi lagi. Mungkin tidak akan ada lagi yang memanggil saat dirinya menari lalu apa tersisa baginya? Ini berat. Ini adalah salah satu penyelesaian terberat yang harus dijalani sebagai seniman. Mungkin penyelesaian itu tidak harus dipenuhi kekalahan jika pada dasarnya kita tidak beranggapan bahwa sisi luar biasa karya kita tidak bersumber dari diri pribadi. Tapi jika Anda percaya bahwa itu adalah pinjaman dari suatu sumber misterius, yang akan dialihkan saat selesai, kepada orang lain. Pemikiran seperti itu dapat mengubah segalanya.

Sumber: TED.com , Elizabeth Gilbert: Your elusive creative genius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar