Minggu, 29 November 2015

Nggak Dapat Sukri, Siapa Yang Sedih?



Hasil gambar untuk sukuk ritelSukri, Sukuk Ritel, adalah Obligasi atau Surat Utang Negara dengan basis syariah. Sampai saat ini sudah sampai Sukuk Ritel 6, dengan bunga saat ini mencapai 8,5%. Sukri yang awalnya dimaksudkan untuk ritel, saat ini menjadi salah satu sarana investasi kaum kaya.

Indikasinya jelas kita bisa lihat, di perbankan kalau mau beli Sukuk harus menjadi nasabah prime atau prioritas. Sehingga tidak heran banyak yang mengeluh susah mendapatkan Sukri; terlebih nasabah biasa dan di luar kota besar. 

Padahal dari spec produk, Sukri memang benar-benar ritel. Harga hanya 1 juta dan minimal pembelian 5 juta. Jadi hampir semua bisa beli. 

Kelebihan Sukri yang membuat orang tertarik adalah adanya hasil bagi hasil Sukri yang bisa diperoleh bulanan. Artinya tiap bulan kita akan dapat hasil dari pembelian Sukri tadi. Jadi banyak yang menganggap Sukri sama dengan Deposito tapi dengan hasil lebih tinggi. 

Tidak heran banyak yang kecewa karena tidak bisa memperoleh Sukri. Pertanyaannya, apakah Sukri satu-satunya yang bagus untuk saat ini? 

Satu lagi kelebihan Sukri adalah tingkat keamanan. Dikeluarkan negara artinya negara menjadi jaminannya. Nah kombinasi hasil bagus, aman dan murah, menjadi kelebihan yang dikejar nasabah. 

Sebenarnya ada produk lain yang setara dengan Sukri dari segi hasil, keamanan dan murah. Bahkan kalau kita jeli, sangat mungkin hasil yang diperoleh lebih tinggi. 

Hasil gambar untuk reksadana pasar uangPerkenalkan, produk Reksadana Pasar Uang.
Produk ini memang bukan Obligasi yang memberi kepastian hasil. Bukan juga produk yang memberikan hasil berkala tetap. Tapi produk ini memungkinkan memberi hasil lebih tinggi karena portfolio hasil olahannya.

Kenapa Reksadana Pasar Uang bisa memberi hasil setara? Karena portfolio produk di dalamnya juga terkandung Obligasi. Jadi bisa dibayangkan suatu produk yang portofolionya Obligasi pasti hasilnya tidak akan jauh dari itu. 

Nah supaya yakin, saat kita membeli portofolio kita harus minta prospektus produk Reksadana Pasar Uang tadi dan lihat Obligasi apa saja yang mereka jadikan basis portofolio. 

Ketika Obligasi yang dimiliki adalah Obligasi yang memiliki kupon sama 8,5% maka sudah bisa dipastikan hasil Reksadana tadi mendekati Sukri. Apalagi bila portofolionya rata-rata Obligasi yang hasilnya lebih besar dari 8,5%, so tidak perlu Sukri kok :D 

Namun memang kekurangannya adalah Reksadana tidak memberi hasil pasti bulanan. So memang tidak akan ada tambahan di rekening tiap bulan. Jadi apakah merugikan? Sebenarnya tidak juga.

Ingat, Sukri memberi hasil bulanan & kalau kita mau uang kita pasti kembali utuh, maka harus dipegang selama 3 tahun. Jadi bisa dibayangkan uang kita setelah 3 tahun ke depan, apakah meningkat atau turun nilainya!? Jadi sebenarnya tidak harus dikatakan menguntungkan juga. 

Jadi kalau saat ini tidak dapat Sukri, tidak usah kecewa, ada kok produk setara. Cari RD Pasar Uang, lihat prospektusnya, cari yang memiliki portfolio produk kelolaan dengan rata-rata hasil lebih dari 8,5%, 

a.sebagian besar Obligasinya adalah dari Obligasi negara, BUMN atau perusahaan yang mapan,
b.dan bisa masuk dengan dana hanya 5 juta bahkan kurang, 

Maka, whalaaa, kita dapat produk yang setara dengan Sukri; murah investasinya, aman produknya dan gurem hasilnya. 

Nggak dapat Sukri? Nggak sedih lagi kaaan. Jadi, happy invest ya friends…

sumber : @kokiduit

Meneropong Peluang Tahun Baru



Hasil gambar untuk peluang tahun baruBulan 12 sudah kita jalani, artinya 2013 siap untuk dilewati. Tahun 2013 bisa dikatakan tahun yang menyenangkan untuk mereka yang invest di awal dan melepas tengah tahun. Tapi saat yang agak menyakitkan untuk mereka yang masuk tengah tahun dan masih memegangnya sampai akhir.

Hampir semua jenis investasi turun. Kecuali jenis investasi spekulatif seperti Valas. Yang pegang Emas bahkan bisa dikatakan belum pernah merasakan kenaikan berarti tahun ini. Yang Saham serasa jantungnya rontok mengikuti harga yang naik hampir 30% pertengahan tahun, dan turun lebih besar lagi di akhir. 

Untuk yang RD Saham, sepertinya harus menetapkan hati untuk tetap semangat dengan NAB yang selalu merah. Kita lewati tahun ini, walaupun bisa dikatakan masih ada sekitar beberapa hari lagi yang akan kita lewati, dengan kondisi saat ini seperrtinya kita tidak bisa berharap terlalu banyak. Apalagi dengan asing sebagai pengendali ekonomi kita sudah masuk saat libur besar. 

Nah bagaimana dengan tahun depan? Harus diakui sebenarnya Indonesia punya peluang sangat besar. Bahkan sebenarnya kita bisa menggerakkan ekonomi kita sendiri tanpa harus ikut serta asing. 

Dengan jumlah rakyat yang 250 juta dan 60% adalah usia produktif, Indonesia sebetulnya sudah memiliki senjata sekaligus pasar yang sangat kuat. Ditambah sumber alam yang bukan sekedar indah tapi produktif. Suatu hal yang tidak bisa didapatkan di negara lain. 

Tahun depan kalau Dollar terus kuat seperti sekarang, maka kita bisa berharap di perusahaan yang berbasis eksport. Pembayaran penjualan mereka mulai masuk dan perbedaan kurs menambah keuntungan mereka. Perkebunan, pertambangan adalah beberapa diantaranya, selain barang konsumsi terpilih. 

Agak memberatkan untuk perusahaan berbasis import dan menggunakan komponen import, tahun depan sepertinya agak berat.

Transportasi udara, dan beberapa perusahaan dengan basis teknologi sepertinya harus dicermati. Tapi transportasi yang pembayarannya berbasis Dollar mungkin tidak terlalu bermasalah. 

Industri konsumsi pasti masih sumringah tahun depan. Penduduk yang besar dan sebagian besar produktif butuh konsumsi yang tinggi. 

Gaya hidup juga menjadi lahan bagus. Walaupun mungkin agak turun tapi tetep menguntungkan. Apalagi dengan sifat orang Indonesia yang senang pamer dan tidak mementingkan masa depan. Jadi gadget tetap akan berkibar, tas mahal tetap terbeli dan kendaraan mahal juga masih jadi gengsi. 

Perbankan tetap jalan, karena kredit konsumsi tetap jalan khususnya Kartu Kredit dan KTA. Jadi cermati Bank yang punya fokus di 2 bisnis tersebut. 

Emas mungkin agak turun karena orang butuh dana tahun depan. Jadi yang berencana beli boleh tunda dulu sementara. 

Properti sepertinya akan lambat, karena bunga yang tinggi dan kurs yang rendah. Jadi untuk tetap hidup, Properti mesti mengurangi margin untung mereka. Jadi yang mau ke Property bisa tahan sebentar ke tahun depan, bersiap untuk diskon harga. 

Properti dengan hasil berulang, misal punya gedung atau space yang di sewakan, Akan tetap lebih survive dibanding yang hanya membangun saja.

Jadi friends bisa mencoba untuk melihat perusahaan yang cirinya seperti di atas. Akhirnya, selalu ada kesempatan dibalik semua masalah. Untuk diingat, historis mencatat kita selalu tumbuh setelah Pemilu, dan belanja kita juga naik menjelang Pemilu. 

Tetaplah bersyukur, walau agak muram tapi masih ada kondisi yang membuat kita tetap bisa optimis :)

sumber : @kokiduit