Sabtu, 21 November 2015

Siklus Ekonomi dan Investasi


Hasil gambar untuk siklus ekonomi


Sebenarnya ekonomi sama seperti kehidupan,dimana terdapat siklus yang membuat ekonomi menjadi bergerak. Siklus ekonomi biasanya terbagi 4 tahapan yaitu Slow Down, Krisis, Recovery dan Growth atau tumbuh. Siklus ini pastinya akan berpengaruh pada keuangan kita, karena tiap siklus disertai dengan kontraksi produk keuangan. 

Saat Slow Down biasanya ditandai dengan bunga yang bergerak naik, yang pastinya mengakibatkan produk lain bergerak. Bunga yang tinggi pasti mengakibatkan industri bergerak lambat dan keuntungan menurun. Kondisi ini pasti ditanggapi negatif oleh Investor yang biasanya tergambar dengan harga Saham bergerak turun. 

Namun di satu sisi perusahaan tetap butuh dana, maka jalan terbaik untuk dapat dana tetapi tidak berutang ke Bank adalah dengan Obligasi. Jadi saat ekonomi Slow Down, produk yang biasanya baik dan bisa sebagai alternatif adalah Obligasi. 

Tapi harus diperhatikan, Obligasinya bukan Obligasi Lama atau Berjalan, tapi Obligasi Baru karena pasti memberikan kupon lebih tinggi dari BI Rate.

Setelah Slow maka biasanya akan masuk ke tahap Krisis. Siklus ini ditandai dengan bunga yang sangat tinggi, dan matinya hampir semua kegiatan ekonomi kecuali konsumsi. 

Kalau kita kembali ke tahun 1997 dimana saat itu bunga Bank sampai 60%, maka itu adalah masa krisis kita. Maka tidak ada produk lain yang bisa digunakan sebagai alat selain produk Bank. Disamping karena hasil, juga karena di saat krisis produk terbaik untuk menjaga likuiditas adalah produk Bank. 

Saham biasanya jatuh dalam, dan pasti diikuti dengan produk turunannya seperti Reksadana yang berbasis Saham. Emas juga bisa jatuh, namun biasanya tidak, karena Emas naik seiring Inflasi. 

Nah setelah Krisis maka perbaikan akan terjadi. Itulah kenapa tahapan ini disebut Recovery. Perusahaan yang kembali bergerak, bunga bergerak turun, dan pasar modal kembali bergairah, adalah tanda-tandanya.
Saat seperti ini adalah saat baik untuk kembali ke Saham, Bank mulai dilepas dan persiapkan untuk melepas Obligasi di harga tinggi. 

Disini biasanya mental Investor teruji, apakah mereka berani dan konsisten dengan tujuannya atau tidak. Sebab kenaikan harga yang tinggi bisa membuat Investor berubah menjadi Trader. 

Setelah Recovery masuklah ke pertumbuhan atau Growth. Saat seperti ini adalah saatnya equity atau Saham. Ekonomi yang bergerak cepat, konsumsi tinggi dan bunga rendah membuat semua Saham sepertinya menguntungkan. 

Tapi harus kembali diingat, setelah Growth adalah Slow Down. 

Lalu bagaimana dengan Indonesia saat ini? 

Bunga yang cenderung bergerak terus naik, Pasar Modal yang jatuh, apakah berarti krisis? Mungkin belum. Sebab bunga baru naik dalam 3 bulan terakhir. Konsumsi kita tetap tinggi walau Pasar Modal turun. 

Namun apakah ini bisa disebut pelambatan atau Slow? Bisa jadi, karena dalam 3 bulan BI Rate naik lebih dari 1 kali. Jadi seperti saran saat Slow, kurangi atau tunggu invest di Saham, tahan sebentar di produk Bank. 

Mulailah untuk hunting Obligasi baru dan Reksadana yang berbasis Obligasi. Dan alokasikan ke Emas sebagai basis investasi yang berisiko. 

Pertanyaan lanjutannya adalah, apakah setelah Slow maka akan Krisis? Mungin ya, mungkin tidak :) Sebab tidak semua negara setelah Slow akan kemudian Krisis. Tergantung bagaimana pengelola negara bisa mengatasi.

Jadi untuk jangka pendek mungkin tahan dulu Sahamnya, biarkan tabungan bertambah. Tapi bagi yang melakukan invest rutin, tetap jalani rutinitasnya, karena goncangan sesaat tidak berpengaruh ke hasil akhir.

Sekali lagi, dengan catatan, pengelola negara bisa mengatasi kondisi ini. Maka…selamat menerka siklus ekonomi kita :)

sumber : @kokiduit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar