Pemerintah
sepertinya sudah ambil keputusan untuk menaikkan biaya BBM. Keputusan ini
selalu menjadi permasalahan di masyarakat. Harus diakui BBM memang merupakan
faktor penting dalam perekonomian. Dalam keuangan keluarga kenaikan biaya BBM
ini juga pasti akan mempengaruhi cashflow keuangan pribadi.
Secara
langsung, dengan kenaikan BBM artinya akan naik juga biaya transportasi. Padahal
untuk sebagian pribadi dan keluarga, transportasi adalah salah satu pengeluaran
besar mereka. Bahkan pada beberapa keluarga, untuk biaya transportasi ada yang
menghabiskan hingga 40% dari penghasilan rutin bulanan.
Bayangkan
bila ini yang terjadi, dengan kenaikan BBM dan penghasilan tidak naik. Maka
sangat mungkin untuk biaya transport naik jadi 50% penghasilan. Padahal efek kenaikan
BBM yang paling memberatkan sebenarnya bukan kenaikan BBM tapi kenaikan harga
ikutannya. Bahan makanan juga akan naik harganya karena biaya transportasi dan
distribusi naik. Jadi sangat mungkin terjadi keuangan keluarga akan goyah hanya
karena harga BBM yang naik.
Tapi
bagaimanapun keputusan untuk naik sudah diambil. Maka yang bisa kita lakukan
adalah memperbaiki pola pengeluaran keuangan kita dan mengatur lagi portofolio
investasi kita. Mengatur kembali pengeluaran adalah langkah awal yang sebaiknya
dilakukan. Sebab sering terjadi biaya transport yang tinggi bukan hanya karena
harganya naik, tapi bisa jadi pola transport kita salah.
Berangkat
atau pulang dari tempat kerja di saat jam padat sehingga terkena macet? Percaya
atau tidak, macet parah bisa membuat kita mengkonsumsi BBM lebih banyak hingga
15% dibandingkan kalau lalin lancar.
Menggunakan
kendaraan umum di saat dan waktu yang tidak tepat juga bisa menjadi masalah. Kita
sering bepergian tanpa membuat rencana sehingga sering terjadi kita menghabiskan
dana lebih besar untuk transport karena terburu waktu. Harusnya bisa
menggunakan kendaraan umum, eh jadi terpaksa pakai kendaraan khusus yang lebih
mahal.
Bagaimana
nasib investasi bila BBM naik? Apa strateginya? Karena transportasi sudah
menjadi kebutuhan wajib yang harus keluar, dan bila pengeluaran ini harus
mengorbankan investasi, maka lakukan saja. Tapi bukan berarti tidak investasi
sama sekali. Usahakan tetap berinvestasi walaupun mungkin nilainya jadi lebih
rendah dari biasanya.
Maka
strategi yang harus kita lakukan dengan investasi kita adalah merubah target. Pilih
produk dengan target lebih tinggi, sehingga walau setoran lebih kecil, hasil
tidak berubah.
Evaluasi
lagi tujuan keuangan kita. Kalau dulu tujuan kita semua yang termahal, mungkin
saatnya lakukan prioritas tujuan mana yang harus kita utamakan. Misalkan...dari
semua biaya pendidikan anak. Bila sebelumnya, semua jenjang pendidikan berharga
mahal, maka sekarang prioritaskan ke universitas. Oh iya, dari semua investasi
tadi, yang bisa diturunkan adalah investasi jangka panjang, jangan jangka
pendek.
Walaupun
biaya hidup naik, usahakan untuk tidak menutup kekurangan biaya tadi dengan
utang. Apalagi bila itu utang konsumtif. Perkuat dana cadangan, khususnya bila
kita punya utang. Kenaikan harga, inflasi naik, akan mengakibatkan bunga juga
bersiap akan naik.
Bagaimana
asuransi? Memang cuti premi diperbolehkan, tapi sebaiknya pilihan ini tidak
diambil karena akan menghilangkan proteksi kita. Saat risiko tinggi, proteksi
hilang, maka Anda menjadi orang paling berisiko. Karena harus diakui kenaikan
biaya bisa membuat risiko makin tinggi.
Orang akan
mengalihkan keuangan mereka ke kebutuhan pokok dan mengurangi maintenance. Padahal
bila maintenance bagus, asset akan tetap prima, begitu juga sebaliknya. Contoh,
karena biaya onderdil naik, maka orang cenderung memperpanjang waktu
servicenya.
Lalu,
perlu nggak tambah asuransi kesehatan, kan biaya rumah sakit mungkin jadi naik
juga? Mungkin tidak usah dulu. Tapi alokasi saja sebagian dana untuk pola hidup
sehat :) Jadi, kesimpulannya, kalau memang harus naik, tidak perlu panik tapi
mari berstrategi untuk menghadapinya :)
sumber : @kokiduit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar