Hari ini
obrolan kita sedikit menyimpang dari perencanaan keuangan. Tapi apa yang kita
bicarakan sore ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan
keuangan yaitu: BERBAGI. 'Berbagi' ini dalam bahasa keuangan sehari-hari di Luar
Negeri dikenal dengan 'donate'.
Berbagi
atau donate adalah bagian dari prioritas di dalam keuangan, bahkan Anda
sebaiknya meletakkannya di prioritas pertama. Urutan prioritas dalam
pengeluaran adalah berbagi/donate, cicilan utang, invest dan proteksi, lalu
kebutuhan hidup. Prosentasenya 10% dari penghasilan. Jadi kalau gaji 1 juta
maka idealnya 10% adalah dana yang digunakan untuk berbagi/donate/sosial agama.
Kenapa
kita sebaiknya berbagi? Karena dengan berbagi kita bisa membatasi pengeluaran
yang konsumtif. Dengan berbagi kita bisa bermanfaat untuk orang lain. Dan dengan
berbagi kita mengamalkan salah satu ajaran penting yang kita imani dalam
beragama (semua agama mengajarkan saling berbagi).
Jadi,
percaya atau tidak, untuk menjadi kaya kita cukup dengan berbagi. Sebab: Orang
kaya adalah orang yang bermanfaat untuk orang lain sehingga bisa berbagi
kekayaannya dengan orang lain. Orang kaya memiliki kelebihan dari kekayaannya
(bukan masalah jumlah tapi alokasi). Orang kaya bisa membatasi keinginannya dan
tahu berapa banyak kebutuhannya sehingga punya dana untuk dibagikan. Jadi
walaupun punya banyak harga, besar penghasilannya, tapi belum bisa berbagi maka
itu bukan orang kaya.
Dari ilmu
sederhana, yaitu alokasi untuk berbagilah maka akan lahir kebiasaan untuk
mengalokasikan ke bagian lain. Karena kalau kita bisa mengalokasikan ke orang
lain maka kita pasti mudah mengalokasikannya ke diri sendiri. Beberapa orang
terkaya di dunia juga menjadikan donate sebagai alokasi penting pada
pengeluarannya. Bahkan mereka membuat yayasan khusus untuk mengelola donate
itu.
Walau
sering diartikan sebagai hal negatif seperti pengelakan pajak dsb, namun apapun
alasannya, berbagi sudah menjadikan mereka kaya. Jadi apakah kita harus kaya
dulu baru bisa donate? Hadeh...mungkin kalau terus menunggu, pasti kita nggak
akan bisa donate.
Ketika
donate menunggu uang sisa, maka yakinlah bahwa keinginan donate tidak akan
terjadi. Karenannya donate sebaiknya jangan menjadi keinginan tapi jadikan
sebagai kebutuhan. Artinya disisihkan BUKAN disisakan: Dari penghasilan
langsung potong 10%, jangan tunggu sisa konsumsi.
Donate
juga penting untuk ilmu keuangan bagi anak. Banyak anak yang bisa meminta dan
bisa mengkonsumsi tapi tidak bisa men-donate. Adalah baik jika dapat
mengajarkan juga kebiasaan donate sejak dini kepada anak kita. Sehingga anak
tahu bahwa keuangan bukan sekedar penghasilan, konsumsi dan investasi. Ini juga
penting untuk mengajarkan bahwa kesuksesan seseorang sangat dipengaruhi oleh
kesuksesan orang lain.
Itulah
mengapa kegiatan donate walau tidak langsung memberi hasil tapi bisa dikatakan
produktif. Secara mikro mungkin hasilnya tidak ada, tapi secara makro bisa jadi
itu membuat kita kaya. Sebagai contoh, kita adalah karyawan bank. Kita berbagi
dengan menyumbangkan dana ke salah satu yayasan anak berkebutuhan khusus.
Dana kita
digunakan oleh yayasan tadi untuk modal usaha produktif warga yayasan. Lalu
yayasan menjual produk tadi ke pasar. Dan produk ini dibeli oleh salah satu
perusahaan besar, lalu perusahaan tadi menjual lagi dengan harga lebih tinggi. Perusahaan
tadi akan membutuhkan dana, pinjam ke bank Anda, bank untung dan Anda dapat
bonus sehingga jadi lebih kaya.
Sederhana
dan sangat mungkin terjadi. Kalau donate anda mungkin tidak sesederhana contoh tadi,
bisa jadi lebih panjang. Tapi sekali lagi secara makro bisa membuat kita kaya
:) Karena bisa membuat kaya, jadi tidak ada salahnya dong untuk mulai berbagi.
Jangan
jadikan sebagai beban tapi coba jadikan sebagai prioritas dalam pengeluaran
kita. Bukan masalah jumlah yang kita bisa keluarkan tapi bagaimana ia akan
bermanfaat untuk bersama. So, mulailah untuk donate friends, jadilah orang kaya
yang bahagia :)
sumber : @kokiduit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar