Rabu, 05 Agustus 2015

Kaya Dengan Cara Sederhana



Hasil gambar untuk kaya dengan cara sederhanaBanyak orang menganggap bahwa kaya ditunjukkan dari besarnya penghasilan. Sehingga sangat banyak yang selalu berpindah kerja karena menganggap penghasilan yang ada tidak memadai untuk memenuhi pengeluaran. Anggapan bahwa orang penghasilan tinggi adalah kaya, sebenarnya tidak selalu benar. *Eh ini beneran looohhh, ga percaya?*

Walau memang orang yang berpenghasilan besar memang memiliki kesempatan dan kemungkinan lebih besar untuk kaya. Namun ternyata kaya tidak sekedar dilihat dari besarnya penghasilan. Banyak yang memiliki penghasilan besar tapi tetap saja tidak kaya. Hal ini karena definisi kaya sebenarnya tidak diukur dari besarnya penghasilan.

Coba perhatikan; kita tidak akan pernah mendapati informasi tentang berapa besar penghasilan orang terkaya di Indonesia bahkan dunia. Mereka semua diukur sebagai kaya dari banyaknya asset yang dimiliki. Jadi orang kaya adalah orang yang memiliki asset banyak dan bukan penghasilan besar. Dan jangan pesimis dulu, orang dengan penghasilan kecil pun belum tentu memiliki asset yang kecil juga. Banyak yang terlihat kaya tapi ternyata tidak kaya. 

Ketika kita naik mobil mewah tapi masih utang dan rekan kita naik mobil bekas tapi lunas, maka teman kita lebih kaya. Karena kaya dihitung dari besarnya asset dikurangi besarnya utang. Jadi bila seseorang naik mobil mewah seharga 1,2 milyar masih utang dan memiliki total asset 700 juta, penghasilan 30 juta, maka dia masih minus sekitar 300 juta. Bandingkan dengan orang yang 'hanya' punya mobil bekas seharga 75 juta tapi lunas, dan tanpa utang, maka kekayaan dia adalah 75 juta. Jadi jelas kan yang punya mobil bekas lebih kaya.

Mengapa yang punya mobil mewah tidak kaya walau penghasilannya besar? Karena tidak bisa mengelola penghasilannya. Banyak yang berusaha untuk mencari penghasilan guna mengejar pengeluaran. Hal itu tidak logis karena pengeluaran bersifat tidak terbatas dan pemasukan bersifat terbatas. Jadi seharusnya pengeluaranlah yang harus menyesuaikan dengan pola penghasilan yang kita miliki.

Untuk kaya, kita harus bisa mengelola penghasilan yang kita miliki. Penghasilan memang jumlahnya berbeda, tapi persentase selalu sama yaitu 100%. Bila kita punya penghasilan 5 juta, adalah bodoh bila kita menyamakan pola pengeluaran dengan yang penghasilannya 15 juta. Tapi bila kita punya penghasilan 100%, maka orang yang punya penghasilan lebih dari kita juga punya 100%.

Naaahhh...bagaimana mengelola 100% tadi dengan benar, disanalah kunci keberhasilannya. Sebenarnya pemasukan 100% harus juga keluar 100%. Hanya saja harus dengan komposisi yang benar. 

Pengeluaran ideal harusnya 10% sosial agama, max. 30% cicilan utang, min. 20% cicilan investasi dan sisanya untuk kebutuhan hidup. Urutan tadi disusun berdasarkan prioritas; Artinya, dari setiap penghasilan harus langsung di alokasi 10% untuk sosial dan terakhir baru kebutuhan hidup. 

Dengan begitu masuk 100 juga akan keluar 100. Jadi pengeluaran untuk kebutuhan bukanlah menjadi prioritas pertama tapi yang terakhir setelah semua prioritas di atasnya terpenuhi. Tentunya semua prioritas tadi tetap harus memenuhi hukum utama dalam pengeluaran yaitu :

- utamakan untuk kebutuhan bukan keinginan.
- usahakan untuk hemat.
- jika keluar 1, minimal menghasilkan 1 value juga.

Terakhir, ketika kaya menjadi tujuan, ingatlah bahwa kaya adalah apa yang kita rasakan bukan apa yang orang lain lihat. Diingat-ingat ya, 'yang kita rasakan, bukan yang orang lain lihat', dan keluar 1 minimal masuk 1. Hang on that and you'll be save :)
 sumber : @kokiduit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar