Selama satu bulan terakhir banyak yang memberitakan kondisi kurs Rupiah melemah terhadap dolar Amerika. Bahkan Rupiah melemah hingga 5% dalam dua bulan terakhir (berdasarkan kurs tengah BI). Di saat yang bersamaan, Indeks Harga Saham Gabungan juga turun dari kisaran 4900 ke 4200an. Jangan panik! Anda harus berhati-hati dalam melakukan perencanaan keuangan dan pengambilan keputusan tentang aset keuangan. Apa saja yang sebaiknya diperhatikan? Simak tips berikut ini.
1. Belajar memahami apa yang terjadi. Sebagian besar masyarakat menyatakan kekhawatiran apakah kita akan mengalami kondisi keuangan seperti tahun 1998 silam. Pahami bahwa ada beberapa fakta yang berbeda antara tahun 2015 dengan tahun 1998.
Berdasarkan data situs BI, tingkat inflasi di Indonesia masih terkendali dibawah 10% sejak awal tahun 2015 hingga Juli 2015. Disaat bersamaan, ekonomi Indonesia pun masih tumbuh hingga hampir 5% hingga paruh tahun 2015. Kondisi ini berbeda dengan tahun 1998. Pertumbuhan ekonomi minus dan inflasi meningkat tajam hingga diatas 10% setahun.
Fakta berikutnya adalah kurs Rupiah melemah terhadap Dolar Amerika dalam kisaran hingga 12% sejak awal tahun. Kondisi ini jauh berbeda dengan tahun 1998 dimana kurs melemah hingga 10 kali lipat dari kisaran Rp2,000an ke Rp20,000an. Peraturan perbankan, posisi cadangan devisa negara, dan indikator lainnya pun masih sudah lebih baik daripada tahun 1998. Jadi, sebaiknya Anda kembali tidak panik secara berlebihan.
2. Menghitung ulang anggaran rumah tangga. Kondisi perekonomian pasti memiliki dampak terhadap keuangan rumah tangga dalam skala mikro. Sederhananya, potensi kenaikan biaya dan potensi berkurangnya penghasilan akibat kondisi perusahaan yang terkena imbas. Bagi alokasi pengeluaran dengan: 30% pembayaran cicilan, 10% dana cadangan darurat, 50% biaya hidup, dan 10% untuk investasi.
3. Perbesar saldo dana cadangan darurat. Saat ini, tujuan finansial utama Anda sebaiknya adalah menambah porsi dana cadangan dalam bentuk likuid. Untuk keluarga karyawan targetkan minimal 3 kali pengeluaran rutin bulanan. Sedangkan untuk Anda yang berwiraswasta atau pekerja lepas, targetkan hingga 12 kali pengeluaran rutin bulanan. Dana cadangan ini sebaiknya ditempatkan di tabungan yang terpisah dengan rekening untuk transaksi harian.
4. Atur ulang portofolio aset investasi. Dengan kondisi IHSG yang turun, hampir pasti saldo aset investasi yang berbasis saham akan mengalami penurunan signifikan. Apakah waktunya cut-loss? Mari kembali ke konsep tujuan finansial. Untuk apa dana investasi ini sebenarnya akan digunakan?
Jika untuk digunakan baru 10 tahun ke depan, maka dana investasi yang sudah turun hingga 10% sebaiknya tidak dicairkan. Untuk dana yang turunnya belum sampai 10% dapat dipindahkan sementara di instrumen yang berbasis pasar uang. Misalnya reksa dana pasar uang atau deposito.
Sedangkan, apabila ada kebutuhan dana yang akan digunakan dalam jangka pendek, maka periksalah saldo dana darurat. Jika Anda sudah tak punya dana likuid lain, maka terpaksa rugi harus terealisasi dengan menjual aset berbasis saham tersebut.
Diversifikasi aset investasi sangat penting dilakukan setiap saat. Sebarlah aset investasi Anda berdasarkan kemudahan untuk dijual kembali. Kemungkinan fluktuasi nilai investasi dalam jangka pendek, serta aset yang tidak dipengaruhi oleh sistem lembaga keuangan. Jadi, usahakan untuk memiliki tabungan atau deposito, reksa dana, logam mulia, dan jika memungkinkan, properti. Komposisinya bergantung pada profil risiko masing-masing sebagai investor.
5. Berinvestasi dengan konsep berkala. Anda bisa membeli / berinvestasi di sebuah produk keuangan yang sama secara rutin setiap bulan dengan jumlah Rupiah yang sama. Sisi positif dari penurunan IHSG adalah Anda berkesempatan untuk membeli instrumen berbasis saham dengan harga diskon. Tetapi, jangan gegabah juga untuk memginvestasikan semua dana yang Anda punya kedalam instrumen berbasis saham.
Mari belajar dari situasi hampir serupa di lantai bursa saat terjadi krisis subprime mortgage di tahun 2008. Faktanya bahwa cara berinvestasi yang memberikan hasil optimal adalah investasi secara berkala dibanding invetasi sekaligus. Optimal itu berbeda dengan maksimal. Tak ada yang bisa memprediksi waktu tepat berinvestasi agar dapat hasil paling maksimal.
6. Hindari spekulasi jangka pendek. Investasi sangat berbeda dengan spekulasi. Banyak orang membeli Dolar Amerika dengan harapan kurs Rupiah terus melemah sehingga dapat keuntungan dalam jangka pendek. Dalam situasi tidak menentu, disarankan Anda hindari praktik spekulasi untuk investor awam. Jika Anda berniat melakukan spekulasi, gunakan dana lebih yang tidak digunakan untuk kebutuhan dan tujuan finansial utama. Mau pakai dana pendidikan anak atau dana pensiun untuk spekulasi? Hindari!
Tak panik karena mengerti adalah sikap yang sebaiknya dimiliki setiap orang dalam mensikapi gejolak ekonomi di Indonesia. Jadikanlah momen ini sebagai titik balik untuk menjadikan perencanaan keuangan sebagai bagian dari kehidupan Anda. Jangan panik saat masa keuangan bergejolak!
sumber : +ZAPFinance TV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar