Ada 1
musuh besar di keuangan pribadi yang sangat mempengaruhi kekayaan dan kemampuan
kita dalam berkonsumsi. Musuh itu adalah INFLASI. Secara wajar, inflasi
terlihat sebagai makin meningkatnya harga barang. Namun dalam keuangan, inflasi
diakui sebagai makin lemahnya nilai uang karena kita harus membayar lebih untuk
barang yang sama.
Barang yang sama dengan jumlah
produksi yang sama, harus ditebus dengan uang yang lebih tinggi, itulah
inflasi. Sebagai contoh, sebungkus mi instan tahun '99 harganya Rp.250 dan
sekarang harganya adalah Rp.1.400 Atau teh botol yang tahun '70 harganya Rp.25
sekarang Rp. 2.500 - aduh jadi nostalgia ya!
Cara gampang mengatasi inflasi
adalah mendapatkan uang yang jumlahnya lebih banyak agar bisa mendapatkan
barang yang sama. Masalahnya adalah mendapatkan lebih banyak uang tidak
segampang turunnya nilai uang itu sendiri. Aset kita yang paling berpengaruh
terhadap inflasi adalah aset tunai atau setara tunai.
Tabungan, deposito dan uang tunai
lainnya akan langsung terkena dampak inflasi, yaitu kemampuan untuk konsumsi
jadi menurun. Untuk itu, cara terbaik melawan inflasi adalah dengan
berinvestasi, yaitu produk yang memberi hasil lebih tinggi dari inflasi. Dan
itu bisa berupa aset tetap atau aset berbentuk barang, bisa juga produk keuangan.
Inflasi Indonesia 5 tahun terakhir
cukup rendah, dibawah 7%. Namun kalau kita mau hitung sejak tahun 2000, maka
angka 8% adalah angka yang bisa dipakai sebagai acuan. Artinya kalau kita punya
produk investasi yang dibawah angka itu pertumbuhannya tiap tahun, maka tanpa
sadar aset kita terus turun. Jadi sebenarnya inflasi bukan penyebab harga naik,
tapi penurunan nilai uang kita lah sebagai penyebabnya.
Kenaikan harga seharusnya
dipengaruhi oleh lebih banyaknya permintaan atau kurangnya penawaran. Biaya
pendidikan misalnya, naik bukan karena jumlah orang yang sekolah bertambah
drastis dan bukan juga karena jumlah sekolah yang makin kurang. Tapi karena
nilai uang kita yang rendah mengharuskan kita membayar lebih banyak untuk
misalkan, biaya sekolah tadi. Jadi kalau kita tidak mau makin miskin maka
investasi adalah jawabannya.
Memiliki aset berupa barang fisik
adalah salah satu cara paling mudah. Mobil mungkin bukan aset investasi, tapi
saat inflasi mobil juga bisa dijadikan sebagai penyelamat kekayaan. Karena saat
inflasi harga mobil pun akan menyesuaikan dengan inflasi, yaitu kita harus
keluarkan uang lebih banyak untuk mobil yang sama. Jadi untuk melawan inflasi
di jangka pendek belilah aset fisik, namun untuk jangka panjang belilah aset
keuangan.
Emas, perhiasan, bahkan kendaraan
bisa sebagai alat melawan inflasi jangka pendek. Tapi saham, reksadana saham,
komoditi lebih baik untuk melawan inflasi jangka panjang.
So apakah kita siap bila terjadi
inflasi? Why not? Inflasi tetap akan menjadi bagian dari kehidupan ekonomi
kita. Yang penting kita sudah punya persiapan, eh, sudah beluuum? :D
sumber : @kokiduit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar