Rabu, 05 Agustus 2015

Inflasi dan Investasi



Hasil gambar untuk inflasi dan investasiAda 1 musuh besar di keuangan pribadi yang sangat mempengaruhi kekayaan dan kemampuan kita dalam berkonsumsi. Musuh itu adalah INFLASI. Secara wajar, inflasi terlihat sebagai makin meningkatnya harga barang. Namun dalam keuangan, inflasi diakui sebagai makin lemahnya nilai uang karena kita harus membayar lebih untuk barang yang sama.

Barang yang sama dengan jumlah produksi yang sama, harus ditebus dengan uang yang lebih tinggi, itulah inflasi. Sebagai contoh, sebungkus mi instan tahun '99 harganya Rp.250 dan sekarang harganya adalah Rp.1.400 Atau teh botol yang tahun '70 harganya Rp.25 sekarang Rp. 2.500 - aduh jadi nostalgia ya!

Cara gampang mengatasi inflasi adalah mendapatkan uang yang jumlahnya lebih banyak agar bisa mendapatkan barang yang sama. Masalahnya adalah mendapatkan lebih banyak uang tidak segampang turunnya nilai uang itu sendiri. Aset kita yang paling berpengaruh terhadap inflasi adalah aset tunai atau setara tunai.

Tabungan, deposito dan uang tunai lainnya akan langsung terkena dampak inflasi, yaitu kemampuan untuk konsumsi jadi menurun. Untuk itu, cara terbaik melawan inflasi adalah dengan berinvestasi, yaitu produk yang memberi hasil lebih tinggi dari inflasi. Dan itu bisa berupa aset tetap atau aset berbentuk barang, bisa juga produk keuangan.

Inflasi Indonesia 5 tahun terakhir cukup rendah, dibawah 7%. Namun kalau kita mau hitung sejak tahun 2000, maka angka 8% adalah angka yang bisa dipakai sebagai acuan. Artinya kalau kita punya produk investasi yang dibawah angka itu pertumbuhannya tiap tahun, maka tanpa sadar aset kita terus turun. Jadi sebenarnya inflasi bukan penyebab harga naik, tapi penurunan nilai uang kita lah sebagai penyebabnya.

Kenaikan harga seharusnya dipengaruhi oleh lebih banyaknya permintaan atau kurangnya penawaran. Biaya pendidikan misalnya, naik bukan karena jumlah orang yang sekolah bertambah drastis dan bukan juga karena jumlah sekolah yang makin kurang. Tapi karena nilai uang kita yang rendah mengharuskan kita membayar lebih banyak untuk misalkan, biaya sekolah tadi. Jadi kalau kita tidak mau makin miskin maka investasi adalah jawabannya.

Memiliki aset berupa barang fisik adalah salah satu cara paling mudah. Mobil mungkin bukan aset investasi, tapi saat inflasi mobil juga bisa dijadikan sebagai penyelamat kekayaan. Karena saat inflasi harga mobil pun akan menyesuaikan dengan inflasi, yaitu kita harus keluarkan uang lebih banyak untuk mobil yang sama. Jadi untuk melawan inflasi di jangka pendek belilah aset fisik, namun untuk jangka panjang belilah aset keuangan.
Emas, perhiasan, bahkan kendaraan bisa sebagai alat melawan inflasi jangka pendek. Tapi saham, reksadana saham, komoditi lebih baik untuk melawan inflasi jangka panjang.

So apakah kita siap bila terjadi inflasi? Why not? Inflasi tetap akan menjadi bagian dari kehidupan ekonomi kita. Yang penting kita sudah punya persiapan, eh, sudah beluuum? :D
sumber : @kokiduit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar