Minggu, 17 Januari 2016

Tips Mengatur Keuangan Untuk Investasi



Hasil gambar untuk Mengatur Keuangan Untuk InvestasiInvestasi itu penting! Namun ternyata banyak yang tidak bisa invest karena penghasilan per bulan cuma numpang lewat. Percuma dong bicara banyak tentang investasi tapi ga bisa praktek karena ga ada dana. Solusinya? 

Semua hal besar dimulai dari langkah kecil, begitu juga investasi “sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit”. 

Finansial pribadi kita seperti perusahaan, harus ada laba setiap bulan. Ini artinya penghasilan – pengeluaran = kelebihan dana! Sebelum mulai investasi cek dulu, kalo gak ada kelebihan dana setiap bulan berarti financial Anda tidak sehat. Yuk belajar alokasikan dana!

Pengeluaran terbagi menjadi beberapa bagian : Needs, Wants, Debts, Savings, & Investment. 

Needs adalah hal-hal penting yang harus kita penuhi sehari-hari. Kalau needs tidak terpenuhi, akan mengganggu kehidupan Anda. Needs menyangkut kebutuhan pokok seperti makan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, dan pulsa hp :p 

Nah di luar needs, maka pengeluaran tersebut boleh dibilang tidak terlalu urgent. Nah, setelah kebutuhan pokok terpenuhi, jika kita punya hutang, baru alokasikan untuk segera melunasi hutang (DEBTS). 

Nah ada dua jenis kategori hutang, yaitu hutang baik (Goods Debts) & hutang buruk (Bad Debts). 

Hutang kok baik? Maksudnya? Hutang baik adalah hutang yang digunakan untuk keperluan usaha atau untuk investasi. Contoh dari hutang baik adalah : kredit truk untuk operasional usaha. 

Hutang Buruk (Bad Debts) yaitu hutang yang digunakan untuk sesuatu yang bersifat konsumtif. Hutang buruk / bad debts adalah hutang yang sekedar digunakan untuk memenuhi keinginan pribadi kita. Contoh hutang buruk : kredit untuk gadget, untuk berlibur, untuk fashion & kecantikan, dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki. 

Pada prinsipnya hutang baik & hutang buruk dibedakan bukan dari apa barangnya tapi berdasar kegunaannya. Kita tidak boleh berpikir negatif tentang hutang karena hutang baik bagai dongkrak untuk kemajuan finansial/bisnis.

Terlepas dari itu semua kita harus membatasi diri kita sendiri, harus disiplin agar tidak tejebak dalam hutang buruk. 

Alokasi dana selanjutnya yaitu WANTS. Wants diartikan sebagai dana yang dialokasikn untuk memenuhi keinginan kita bukan kebutuhan, sifatnya tidak mendesak. Apa saja yang termasuk Wants? Rekreasi, makan di cafe elite, rumah mewah, mobil mewah, hewan peliharaan ras, baju bermerek, dll. 

Setelah penghasilan kita dikurangi untuk NEEDS, DEBTS, dan WANTS, jika ada sisa bisa dialokasikan untuk SAVINGS! 

Jika Anda termasuk orang yang susah untuk melakukan savings, bisa juga SAVINGS dialokasikan dulu di awal. Savings diartikan sebagai dana yang dialokasikan untuk berjaga-jaga saat kita membutuhkan / dana darurat & sifatnya likuid. Apa aja sih yang termasuk Savings itu? Asuransi, dana pensiun, asuransi rumah, tabungan. 

Nah, kalo sudah ada saving, baru kita alokasikan untuk INVESTASI. Namun perlu diingat ya, uang untuk investasi itu uang yang bebas & tidak hutang. Macam-macam bentuk investasi antara lain deposito, properti, emas, reksadana, obligasi, saham. 

Itu tadi bagian dari manjemen keuangan. Lalu, gimana cara kita membagi gaji kita agar tidak lari kemana-mana? Harus dibedakan dulu untuk orang yang punya hutang & orang yang tidak punya hutang. 

Kalau Anda punya hutang, alokasinya menjadi : Needs 50%, Debts 30%, Wants 10%, Saving 10%. Contoh nih : jika pendapatan Rp 10.000.000, untuk Needs Rp 5.000.000, Debts Rp 3.000.000,Wants Rp 1.000.000 Saving Rp 1.000.000. 

Kalo Anda tidak punya hutang, alokasinya menjadi : Needs 50%, Wants 15% , Saving 15% , Investasi 20%. Contoh: pendapatan Rp 5.000.000, jadi Needs Rp 2.500.000, Wants Rp 750.000, Saving Rp 750.000, Investasi Rp 1.000.000. 

Nah gimana dengan aset alokasimu ? Yuk coba dihitung. Ga cuma dihitung lho, tapi juga harus bisa ACTION!! 

Mari wujudkan Indonesia maju dengan manajemen keuangan yang sehat !!!

Sumber : EllenMay @pakarsaham

Strategi Investasi Saham : Market Timing



Strategi investasi salah satu faktor yang amat menentukan untuk mencapai keberhasilan investasi. Jika strategi yang diterapkan salah, maka hasil investasi akan kurang maksimal, bahkan bisa jadi justru mendatangkan kerugian. Sebaliknya jika strateginya jitu, investasi akan membuahkan hasil yang maksimal. 

Hasil gambar untuk Strategi Investasi Saham : Market TimingSalah satu strategi yang sering dipergunakan oleh banyak investor : menerapkan jurus momentum pasar/lebih dikenal dengan istilah market timing.

Market Timing adalah kemampuan investor dalam menentukan waktu kapan ia masuk pasar dan kapan ia keluar pasar. Market Timing juga berbicara tentang kapan harus keluar dari sebuah investasi untuk dipindahkan ke jenis investasi lainnya.

Dalam implementasinya Market Timing berarti keluar pada saat pasar akan turun, dan masuk pada saat pasar akan naik. Kapan saat yang tepat masuk/beli saham? Pertanyaan sederhana yang sangat sering dilontarkan oleh investor! 

Tidak ada jawaban exact untuk pertanyaan tersebut karena tidak seorangpun yang bisa memastikan apa yang akan terjadi esok. Namun ada beberapa strategi yang bisa Anda pilih untuk menentukan kapan akan mulai membeli saham / mulai berinvestasi. 

Perlu dicatat bahwa strategi yang dipilih oleh orang yang 1 bisa berbeda dengan strategi yang dipilih orang lain. 

Strategi pertama, ESP / Equity Saving Plan, adalah sebuah strategi beli saham untuk tujuan investasi lebih dari 3 tahun. Tujuan investasi tahunan adalah untuk pelipatgandaan uang jangka panjang tanpa harus terus mengamati market. Dengan membeli saham secara rutin tiap bulan, akan diperoleh harga rata-rata sebuah saham. 

Strategi ESP punya kelebihan, mudah dilakukan untuk pemula sekalipun. Hanya butuh konsistensi. Namun kelemahannya, strategi ini kurang efektif hasilnya dalam jangka pendek, jadi memang butuh kesabaran. 

Strategi berikutnya adalah memanfaatkan momentum dalam market, memanfaatkan turun naiknya harga saham. Anda bisa memanfaatkan turun naiknya harga saham dalam rentang waktu tahunan, bulanan, atau harian, sesuai pilihan Anda. 

Strategi Market Timing dengan memanfaatkan fluktuasi harga pasar ini membutuhkan keterampilan lebih dalam membaca pergerakan harga. Keterampilan yang dimaksud dalam membaca pergerakan harga ini adalah kemampuan dalam melakukan analisis teknikal. 

Tidak perlu menjadi seorang analis teknikal yang handal dalam membaca pergerakan harga. Cukup kuasai tentang trend, support resisten, plus pengendalian emosi dan kedisiplinan, Anda bisa berhasil investasi/trading saham! 

Jika Anda memilih untuk berinvestasi bertahun-tahun, perhatikan grafik bulanan dengan rentang waktu 5-10 tahun. Jika Anda memilih untuk berinvestasi / trading beberapa bulan, perhatikan grafik mingguan dengan rentang waktu 6 bulan-2 tahun. Jika Anda memilih trading jangka pendek beberapa hari-beberapa minggu, perhatikan grafik harian dengan rentang waktu 1-6 bulan. 

Setelah memilih rentang waktu, perhatikan trend harga yang terlihat pada grafik saat itu. Apa sih trend harga?

Jika trend harga cenderung naik, Anda boleh melakukan aksi beli. Ditandai dengan terbentuknya higher high & higher low. Nah jika harga cenderung turun sebaiknya hindari untuk melakukan aksi beli karena sudah pasti investasi Anda akan lama berbuah.

Jika Anda berinvestasi ketika trend harga cenderung turun, investasi Anda bisa merugi untuk waktu yang lama. Demikian juga, kalau Anda berinvestasi ketika trend sedang mendatar / sideways, maka return investasi juga lebih lambat :p 

Contohnya, 2009-2010 market sangat uptrend, maka tidak heran jika Anda dapat untung puluhan sampai dengan ribuan % dalam periode tersebut. Emang ada ya saham yang memberi return 1000% pada periode 2009-2010? Ada dong.. GGRM contohnya. Saham GGRM naik dari 4500 an pnada tahu 2009 menjadi 52 ribu an di tahun 2010, lebih dari 1000%! 

Nah, beda lagi ceritanya, jika Anda berinvestasi di timing yang kurang tepat, yaitu saat market turun, pada awal 2008. Pada periode 2008 awal sampai dengan 2008 akhir, bursa saham runtuh puluhan persen, IHSG rontok 58% dari level tertinggi. 

Sebagus apa pun fundamental perusahaan, sepintar apa pun investor memilih saham, pasti rugi jika melawan trend! Pada tnahu 2008 trend harga saham turun tajam, trader / investor yang mencoba beli saham berarti sedang melawan trend. 

Nah beda lagi ceritanya jika Anda mulai berinvestasi di tahun 2011, dimana penguatan / uptrend mulai berakhir. Pada tahun 2011, market mulai masuk trend sideways / menyamping. Apa akibatnya? Jangan heran, jika Anda mulai beli reksadana saham pada tahun 2011 maka hasilnya juga cenderung biasa-biasa saja. 

Berinvestasi saham jangka panjang, pada trend naik bisa membuat uang Anda berlipat. Sebaliknya, berinvestasi saham jangka panjang ketika trend turun, bisa membuat kantong Anda kering. 

Berinvestasi pada trend yang tepat akan mempercepat pertumbuhan investasi Anda. Namun jika Anda tidak bisa membaca trend, strategi ESP dan DCA akan meminimalkan resiko dalam investasi. 

Strategi ESP dan DCA lebih ditujukan untuk pemula, return tidak secepat trend follower, namun resiko juga lebih moderat. Masing-masing strategi punya plus & minus. Strategi investasi mana yang akan Anda pilih ? Semua kembali pada pribadi Anda :)

Sumber : EllenMay @pakarsaham