Senin, 11 Januari 2016

Investasi Jangka Panjang Dengan Strategi Value Investing



Nah hari ini, kita akan belajar tentang bagaimana investasi jangka panjang dengan strategi Value Investing.

Hasil gambar untuk value investingValue investing adalah strategi investasi dengan mencari saham dari emiten yang dinilai “murah”. Murah di sini bukan berarti murah dari segi nominal. Bisa saja saham yang harganya 20000 lebih murah dari saham 3000an. Mengapa bisa demikian? Karena secara valuasi saham x yang harganya 20 ribu tersebut lebih murah.

Value Investor paling banyak dijumpai. Mereka mencari saham-saham fundamental bagus dengan PER terdiskon. Value stock juga bisa ditemukan di sektor apa saja, baik blue chips maupun second liner. Nah, masa koreksi tajam seperti saat ini adalah saat yang tepat untuk berburu saham terdiskon. 

Biasanya, saham yang valuasinya terdiskon banyak ditemukan ketika pasar saham sedang terguncang. Biasanya ketika market turun, banyak terjadi panic selling karena menanggapai pasar secara reaktif. 

Secara fundamental sebenarnya bukan kondisi perusahaan yang terguncang sehingga valuasi jadi lebih murah. Industri otomotif saat ini sedang tertekan selain karena market global & juga karena kebijakan baru DP kendaraan. Hal ini akan menimbulkan sentiment negative & menurunnya permintaan dalam jangka pendek. 

Hal tersebut membuat salah satu perusahaan otomotif tertekan cukup dalam, yaitu ASII. Namun dalam jangka panjang, konsumen akan beradaptasi. Dan perlu diingat, ASII tidak hanya bergerak di sector otomotif. 

ASII atau PT Astra Internasional adalah perusahaan yang memiliki fundamental sangat kuat dari berbagai bidang usaha. Selain otomotif, ASII juga punya anak usaha bidang pertambangan, alat berat, kelapa sawit, dll. Intinya,secara fundamental perusahaan masih sehat dan harga terdiskon tajam. 

Para value investor akan sigap pada kondisi ini, semakin terdiskon itu artinya semakin bagus buat mereka.
Bagaimana cara menyortir 400 saham yang terdaftar di BEI ? Bagaimana mencari saham bagus yang terdiskon? 

Pilih beberapa sector / industry yang Anda sukai, atau yang bersifat defensif untuk investasi. Dari sector tersebut, pilih beberapa saham yang memimpin dan bandingkan PER dan PBV nya. Cari saham-saham di sector tersebut yang punya PER dan PBV terdiskon. Bisa cek di harian Kontan. Biasanya saham yang undervalued memiliki rasio PER dan PBV yang rendah. 

Tips lain untuk Value Investing adalah Rasio PEG dan DER sebaiknya kurang dari 1. Disarankan untuk memilih saham yang memiliki hutang lebih kecil dari modal. Lebih baik cari perusahaan yang tidak cuma murah tapi juga sehat. Bisa dilihat dari rasio utang terhadap modal. 

Saham yang undervalued umumnya adalah saham yang berfundamental baik, namun sedang tertekan. Karena itu digunakan rasio PEG dan DER untuk memfilter saham. PER & PBV digunkan untuk mengetahui mahal tidaknya harga saham tersebut dibanding saham sejenis. Anda bisa membeli saham tersebut bila harga pasarnya lebih rendah dari harga wajar. 

Pada prinspnya value investing adalah membeli di harga rendah dan menjual di harga tinggi ( BUY LOW, SELL HIGH ). Kuncinya adalah kesabaran untuk menunggu momen yang tepat atau harga terdiskon. Bila menggunakan metode PER, maka biasanya kita akan membeli saham hanya beberapa kali dalam setahun. 

Lalu kapan kita harus menjual valued stocks tersebut ? Jual ketika harga pasar sudah melebihi harga wajarnya. Bisa juga Anda menjualnya ketika PER saham Anda melebihi dari PER rata-rata di sektornya.

Beberapa saham blue chips yang bisa dilirik untuk Value investing saat ini antara lain : ITMG, ASII, BBRI (PER 8.4-12). Sedangkan untuk saham second liner yang bisa dilirik secara valuasi adalah ANTM dan AISA (7.3) untuk investasi saham jangka panjang.

Saham-saham tersebut adalah saham pilihan untuk value investing, lebih dari 1 tahun timeframenya, jadi bukan untuk trading. Pemilihan saham bukan kunci keberhasilan investasi, namun KESABARAN yang membuatnya berhasil. 

Semoga sharing tentang Value Investing mencerahkan hari ini. Selalu ada kesempatan dalam setiap situasi, tergantung bagaimana kita memandang.

Sumber : EllenMay @pakarsaham

Tidak ada komentar:

Posting Komentar