Nah hari
ini, kita akan belajar tentang bagaimana investasi jangka panjang dengan
strategi Value Investing.
Value
investing adalah strategi investasi dengan mencari saham dari emiten yang
dinilai “murah”. Murah di sini bukan berarti murah dari segi nominal. Bisa saja
saham yang harganya 20000 lebih murah dari saham 3000an. Mengapa bisa demikian?
Karena secara valuasi saham x yang harganya 20 ribu tersebut lebih murah.
Value
Investor paling banyak dijumpai. Mereka mencari saham-saham fundamental bagus dengan
PER terdiskon. Value stock juga bisa ditemukan di sektor apa saja, baik blue
chips maupun second liner. Nah, masa koreksi tajam seperti saat ini adalah saat
yang tepat untuk berburu saham terdiskon.
Biasanya, saham
yang valuasinya terdiskon banyak ditemukan ketika pasar saham sedang
terguncang. Biasanya ketika market turun, banyak terjadi panic selling karena
menanggapai pasar secara reaktif.
Secara
fundamental sebenarnya bukan kondisi perusahaan yang terguncang sehingga
valuasi jadi lebih murah. Industri otomotif saat ini sedang tertekan selain
karena market global & juga karena kebijakan baru DP kendaraan. Hal ini
akan menimbulkan sentiment negative & menurunnya permintaan dalam jangka
pendek.
Hal
tersebut membuat salah satu perusahaan otomotif tertekan cukup dalam, yaitu
ASII. Namun dalam jangka panjang, konsumen akan beradaptasi. Dan perlu diingat,
ASII tidak hanya bergerak di sector otomotif.
ASII atau
PT Astra Internasional adalah perusahaan yang memiliki fundamental sangat kuat
dari berbagai bidang usaha. Selain otomotif, ASII juga punya anak usaha bidang
pertambangan, alat berat, kelapa sawit, dll. Intinya,secara fundamental
perusahaan masih sehat dan harga terdiskon tajam.
Para value
investor akan sigap pada kondisi ini, semakin terdiskon itu artinya semakin
bagus buat mereka.
Bagaimana
cara menyortir 400 saham yang terdaftar di BEI ? Bagaimana mencari saham bagus
yang terdiskon?
Pilih
beberapa sector / industry yang Anda sukai, atau yang bersifat defensif untuk
investasi. Dari sector tersebut, pilih beberapa saham yang memimpin dan
bandingkan PER dan PBV nya. Cari saham-saham di sector tersebut yang punya PER
dan PBV terdiskon. Bisa cek di harian Kontan. Biasanya saham yang undervalued
memiliki rasio PER dan PBV yang rendah.
Tips lain
untuk Value Investing adalah Rasio PEG dan DER sebaiknya kurang dari 1. Disarankan
untuk memilih saham yang memiliki hutang lebih kecil dari modal. Lebih baik
cari perusahaan yang tidak cuma murah tapi juga sehat. Bisa dilihat dari rasio
utang terhadap modal.
Saham yang
undervalued umumnya adalah saham yang berfundamental baik, namun sedang tertekan.
Karena itu digunakan rasio PEG dan DER untuk memfilter saham. PER & PBV
digunkan untuk mengetahui mahal tidaknya harga saham tersebut dibanding saham sejenis.
Anda bisa membeli saham tersebut bila harga pasarnya lebih rendah dari harga
wajar.
Pada
prinspnya value investing adalah membeli di harga rendah dan menjual di harga
tinggi ( BUY LOW, SELL HIGH ). Kuncinya adalah kesabaran untuk menunggu momen yang
tepat atau harga terdiskon. Bila menggunakan metode PER, maka biasanya kita
akan membeli saham hanya beberapa kali dalam setahun.
Lalu kapan
kita harus menjual valued stocks tersebut ? Jual ketika harga pasar sudah
melebihi harga wajarnya. Bisa juga Anda menjualnya ketika PER saham Anda
melebihi dari PER rata-rata di sektornya.
Beberapa
saham blue chips yang bisa dilirik untuk Value investing saat ini antara lain :
ITMG, ASII, BBRI (PER 8.4-12). Sedangkan untuk saham second liner yang bisa
dilirik secara valuasi adalah ANTM dan AISA (7.3) untuk investasi saham jangka
panjang.
Saham-saham
tersebut adalah saham pilihan untuk value investing, lebih dari 1 tahun
timeframenya, jadi bukan untuk trading. Pemilihan saham bukan kunci
keberhasilan investasi, namun KESABARAN yang membuatnya berhasil.
Semoga
sharing tentang Value Investing mencerahkan hari ini. Selalu ada kesempatan
dalam setiap situasi, tergantung bagaimana kita memandang.
Sumber :
EllenMay @pakarsaham
Tidak ada komentar:
Posting Komentar