Dengan
mengetahui COR (Capital, Objective, dan Risk profile) Anda akan lebih disiplin
dalam berinvestasi/trading. Ketika Anda harus buy and hold, tidak akan mudah
menjual. Begitu juga ketika harus cut loss, tidak akan let losses run. Anda
bisa lebih disiplin trading dan investasi karena Anda tau apa yang sedang Anda
lakukan & juga tau tujuan Anda.
Setelah
anda mengetahui profil resiko, selanjutnya adalah menentukan strategi yang
paling sesuai dengan profil resiko Anda. Strategi trading dan investasi ada
banyak, kalau anda tidak menyesuaikan dengan profil diri & asal ikut-ikutan,
bisa berbahaya.
Jika
dilihat berdasar analisis fundamental, ada beberapa jenis strategi investasi
yang bisa dipilih. Kira2 apa ya ? Strategi investasi tersebut antara lain income
investing, growth onvesting, & value investing.
Income
investing adalah strategi investasi yang fokus pada pencarian income stock.
Artinya apa ya kira-kira?
Strategi
income investing mencari perusahaan rutin membagikan keuntungan berupa deviden.
Strategi ini merupakan strategi yang bertujuan untuk memperoleh pendapatan
rutin dari saham & meminimalkan resiko investasi saham.
Apa sih
perusahaan yang “mapan”? Perusahaan yang mapan secara fundamental menghasilkan
profit stabil & bertumbuh tiap tahun. Dengan demikian mereka punya alokasi
untuk membagikan dividen tiap tahun. Apa saja ya misalnya?
Perusahaan-perusahaan
yang rutin bagi dividen tiap tahun biasanya perusahaan BUMN dan juga blue
chips, seperti ASII,UNVR, PGAS, BMRI, JSMR. Selain membagi dividen,
perusahaan-perusahaan tersebut pertumbuhannya cukup stabil tiap tahun. Cocok
buat investasi tahunan.
Nah, strategi
investasi yang kedua disebut dengan Growth Investing. Ada yang tau apa itu ya?
Growth
Investing adalah strategi investasi yang berfokus pada pencarian growth stock. Maksudnya?
Dalam Growth Investing dicari saham-saham yang dipercaya memiliki potensi
keuntungan & pertumbuhan pendapatan yang tinggi di masa depan.
Saham-saham
yang dipilih untuk growth investing ini tidak memperhatikan valuasi, seberapa
murah / mahalnya saham tersebut untuk saat ini. Saham-saham yang dipilih untuk
growth investing punya P/E atau valuasi mahal karena dinilai sebagai barang
“eksklusif” oleh market.
Kelemahan
growth investing, terkadang tidak mungkin sebuah perusahaan memberi profit
spektakuler terus menerus selama 5 tahun.
Metode
berikutnya untuk investasi adalah Value Investing. Kira-kira apa itu ya?
Value
investing adalah strategi investasi yang fokus pada pencarian saham-saham yang
murah secara valuasi, bukan secara nominal. Maksudnya apa ? Bisa saja saham
yang seharga 60 ribu lebih murah dari saham yang seharga 16 ribu karena
valuasinya lebih kecil.
Contoh :
Saham ASII harga 60 ribu /lembar saham, PER nya 14. Sedangkan IMAS harga 16 ribu
/ lembar saham, PER nya sekitar 27. Nah,seorang value investing akan lebih
memilih ASII daripada IMAS. Hal ini bukan berarti saham IMAS tidak bagus lho.
Hanya saja, jika dipilih berdasar kriteria value investing, ASII lebih memenuhi
criteria. IMAS sendiri sangat bagus untuk trading.
Value
Investor membeli kalau saham tersebut berada jauh dibawah harga wajarnya
(undervalued) atau dianggap murah. Umumnya saham blue chip valuasinya sudah tidak
murah karena diburu banyak investor, tinggal saham-saham kurang diminati seperti
saham lapis kedua dan ketiga. Hal ini meningkatkan resiko karena saham lapis
kedua atau ketiga tersebut kadang sulit diprediksi kinerjanya dimasa depan.
Sebenarnya
masih ada yang lain yaitu kombinasi antara growth investing dan value
investing, strategi ini dinamakan quality investing (GARP) !
Fokus
strategi GARP ini adalah mencari saham-saham yang memiliki pertumbuhan tinggi
tetapi valuasinya masih murah. Namun seperti peribahasa: ada harga, ada rupa.
Sulit mencari saham bagus & sekaligus bervaluasi murah. Meskipun strategi
terbaik, namun pilihan saham sangat sempit.
Sumber :
EllenMay @pakarsaham
Tidak ada komentar:
Posting Komentar