Income
investing artinya investor cenderung invest pada saham-saham yang rajin bagi
dividen. Resiko dalam Income Investing tetap ada, namun kadar resikonya
termasuk rendah bila dibandingkan dengan jenis saham lain.
Hal ini
dikarenakan saham yang rajin bagi dividen umumnya lebih stabil dan tidak
terlalu volatile. Dengan demikian saham ini cocok untuk investor yang tidak
berani untuk menghadapi resiko fluktuasi saham.
Emiten yang
rajin bagi dividen umumnya adalah perusahaan yang konservatif, dan sudah matang.
Maksudnya gimana ya?
Karena
mapan, perusahaan tersebut tidak banyak ekspansi sehingga profit yang
dihasilkan di kembalikan lagi ke pemegang saham. Perusahaan-perusahaan yang
beri deviden tinggi umumnya dari sektor utilitas, telekomunikasi, energi, komodias,
dan finansial.
Nah,
perusahaan seperti apa saja yang bisa dijadikan kandidat income investing? Kapan
beli & kapan jual? Simak terus ya!
Perusahaan
BUMN rajin memberi deviden tinggi karena keharusan membagikan saham kepada
pemerintah sebagai pemegang saham. Yang lebih menarik, karena pemerinthh ikut
menikmati dividen, kadang perusahaan BUMN merugi pun tetap bagi dividen lho :)
Nah bagi
Anda yang suka dengan kepastian & low risk, saham-saham BUMN bisa dilirik untuk
income investing. Pilih juga perusahaan yang konsisten bagi deviden setidaknya
selama 5 - 25 tahun terakhir berturut-turut.
Pilih
saham dengan rata-rata deviden yield terbesar. Deviden yield = deviden per
lembar saham : harga saham saat ini. Nah, semakin besar deviden yield berarti semakin
besar rewards yang diperoleh investor. Asik kan ?
Sebaiknya,
pilih saham dengan deviden yield lebih besar dari 3% & sebaiknya deviden yang
dibayarkan juga bertumbuh setiap tahun. Amati juga pertumbuhan dividen
setidaknya 5 tahun terakhir. Cari yang rata-rata pertumbuhan devidenya cukup
besar diatas 10%.
Pilih juga
emiten yang punya pertumbuhan pendapatan yang cukup. Kalau rugi tentu tidak
akan bagi deviden. Untuk melihat pertumbuhan pendapatan, cek pertumbuhan EPS.
Cari saham yang rata-rata pertumbuhan EPSnya lebih dari 10%. EPS tumbuh 5 tahun
terakhir, dan juga dalam 3-4 kuartal terakhir, menunjukkan pertumbuhan
pendapatan perusahaan.
Pilih
saham yang memiliki volatilitas yang rendah untuk income investing. Kira-kira
kenapa ya ?
Saham yang
dipilih untuk Income Investing sebaiknya stabil, perlahan namun pasti. Maklum
bukan untuk trading tapi investasi. Jadi,beda dengan trader ya, yang memang
membutuhkan fluktuasi untuk mencapai capital gain nya.
Lalu kapan
sebaiknya kita beli saham untuk Income Investing? Sebaiknya beli jauh hari
sebelum jadwal pembagian deviden. Mengapa demikian? Karena biasanya mendekati
pembagian deviden, harga sudah naik cukup tinggi.
Anda juga
bisa membeli saham untuk income investing dengan membeli bertahap / rutin tiap
bulan. Nah, untuk membeli saham secara rutin, program ESP cocok banget buat
pemula. Ibarat investasi reksadana dengan fee murah.
Lalu kapan
kita bisa jual saham untuk income investing? Karena fungsinya sebagai
pendapatan rutin, bisa disimpan dalam beberapa tahun. Jual saham bila
pertumbuhan pendapatan semakin kecil atau ada potensi kinerja memburuk dalam
jangka panjang.
Banyak yang
menganggap pembagian deviden return nya tidak seberapa jika dibandingkan dengan
trading saham jangka pendek. Namun benarkah trader bisa memperoleh gain yang
lebih besar daripada para Income Investor? Belum tentu lho.
Semakin
sering bertransaksi dan semakin kecil rentang waktu beli-jual, resiko yang
muncul semakin besar. Jika trader (baik saham, forex, komoditas) tidak terlatih
& tidak disiplin, maka bisa saja ia malah merugi & profit kecil.
Menjadi
trader dan investor saham jangka panjang, sama-sama bisa untung asalkan
keduanya konsisten.
Sumber : EllenMay
@pakarsaham
Tidak ada komentar:
Posting Komentar