Minggu, 17 Januari 2016

Bear Market



Beberapa minggu kemarin, market sangat bearish, penurunan tajam terjadi, dan penguatan hanya sementara sifatnya. Penurunan dalam market itu memang harus terjadi sebagai balancing dari bull market, namun jarang sekali orang menyambut Bear Market dengan senang.

Pada Bear Market, harga-harga turun tajam dan seringkali orang berat melakukan stop loss, atau terlambat stop loss. Apa pun alasannya, hingga akhirnya sahamnya nyangkut / rugi cukup dalam. Hampir semua orang mengalaminya. Tidak ada seorangpun yang suka portofolionya rugi, HAMPIR tidak seorang pun suka akan Bear Market.

Hasil gambar untuk bear marketSebenarnya apa yang dimaksud dengan Bear Market? Bear market berbeda dengan koreksi / penurunan-penurunan yang bersifat sementara. Pada Bear Market terjadi aksi jual massive, tekanan jual cukup besar. Biasanya terjadi selang waktu 3-5 tahun. 

Bear Market sebenarnya wajar terjadi karena siklus bisnis / sektoral pada primary cycle. Apa maksudnya ?
Primary trend : setelah masa uptrend sekitar 3 tahun ,orang-orang yang melakukan aksi beli di bawah pada masa resesi 3 tahun sebelumnya, melakukan profit taking. Contoh : pada masa 2008 terjadi Bear Market cukup dalam, dan pada akhir tahun 2008 terjadi tanda reversal (permulaan primary uptrend).

Pada tahun 2011–2012 market cenderung mengalami koreksi dalam siklus primary (3 tahun) karena investor yang membeli pada tahun 2008 sudah mulai profit taking. Selain aksi profit taking, koreksi tajam juga efek faktor psikologis akan kekuatiran investor akan kondisi makro Uni Eropa saat ini.

Bear Market bisa diartikan sebagai tekanan jual / penurunan yang cukup panjang dalam market, bukan penurunan yang sementara. Pesimisme cukup besar pada Bear Market, merupakan masa Early Recession. Sangat berbahaya jika Anda ingin melawan Bear Market dan melakukan aksi beli dalam jumlah besar.
Apa sebenarnya yang terjadi saat Bear Market? Bagaimana cara mengatasinya ? 

Pada masa Bear Market seringkali terjadi panic selling. Apa itu panic selling ?

Pada masa panic selling, investor melakukan penjualan saham dalam jumlah besar. Panic selling biasa disebabkan oleh factor emosi (rasa takut), & bukan karena faktor fundamental. Hampir semua crash pada market, merupakan hasil dari panic saling. 

System auto rejection digunakan untuk membatasi penurunan harga saham akibat panic selling. Penurunan harga secara tajam dengan volume besar, yang disebabkan baik faktor fundamental atau panic selling, sangat berdampak bagi trader pemula.

Seringkali investor / trader pemula merasa bahwa harga yang sudah turun tajam sudah cukup murah untuk dibeli. Namun kenyataannya masih turun lebih lanjut dan lebih lanjut dan lanjut … 

Contoh : saham UNTR turun tajam dari level 30000 hingga 24000 selama beberapa minggu terakhir ini. Sebaiknya, jangan tangkap pisau jatuh, namun tunggu terjadi tanda-tanda pembalikan arah / reversal sign. Apa saja tanda pembalikan arah ? 

Tanda pembalikan arah dalam market bisa berupa batang candle ataupun pola grafik. Contohnya?
Misal, candle doji / inverted hammer dsb, disertai 1 candle bullish setelah tanda pembalikan arah tersebut. Akan sangat baik ketika muncul bullish candle disertai dengan volume yang meningkat, hal ini berarti daya beli mulai menggeliat. 

Tanda pembalikan arah dari turun menjadi naik bisa juga dengan munculnya pola V(Victory) atau W(Winning). Maksudnya apa ? 

Artinya terbentuk sebuah pola pada dasar penurunan yang mirip dengan bentuk huruf V atau W. Biasanya tanda pembalikan arah berupa candle sifatnya lebih minor, lemah, sementara, dan berguna untuk jangka pendek / daily. Tanda pembalikan arah berupa V atau W shape pada grafik sifatnya lebih kuat dan valid. 

Sudahkah Anda lihat pola Victory atau Winning dalam grafik? Jika pola tersebut muncul, siap-siap borong saham pada Bear Market!

Sumber : EllenMay @pakarsaham

Tidak ada komentar:

Posting Komentar