Senin, 11 Januari 2016

Pengaruh Inflasi Terhadap Pasar Modal



Hasil gambar untuk pengaruh inflasi terhadap pasar modalAngka inflasi adalah angka yang mengukur tingkat barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen. Harga-harga yang naik tinggi mendorong naiknya angka inflasi yang tinggi.

Jika angka inflasi tinggi, biasanya BI / Bank Indonesia cenderung meningkatkan suku bunga. Jika suku bunga naik, maka beban perusahaan bertambah, terutama perusahaan yang banyak meminjam dari bank. Nah dengan beban yang semakin bertambah tersebut, akan mengurangi tingkat keuntungan perusahaan. 

Selain itu, harga-harga bahan baku yang naik juga akan menambah beban perusahaan. Akibatnya; jika inflasi naik dan suku bunga meningkat, harga saham beberapa perusahaan cenderung turun. Karena itulah, angka inflasi yang berlebihan akan menjadi sentiment negatif bagi para investor saham.

Contohnya, pada tahun 1998 saat terjadi krisis finansial, angka inflasi mencapai 58%, IHSG waktu itu terjun menjadi 398. Tahukah kamu, pada tahun 2005, terjadi inflasi tinggi karena kenaikan harga BBM dan IHSG sempat turun dalam!

Demikian pula ketika tahun 2008, harga saham sempat turun cukup dalam karena krisis global & inflasi. Namun tahun 2005-2008 cukup berbeda dengan tahun 1998 karena inflasi tahun 98 disertai GDP yang buruk.

Sebenarnya inflasi itu tidak selalu buruk lho. Inflasi dalam batas wajar dan normal menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi. Jika inflasi wajar, orang akan terdorong untuk terus bekerja, menabung, dan berinvestasi.

Nah inflasi yang tidak baik adalah inflasi yang berlebihan / HIPERINFLASI sehingga uang menjadi tidak berharga. HIPERINFLASI juga membuat daya beli masyarakat merosot tajam. Nah, sebenarnya berapa sih angka patokan inflasi bisa dikatakan wajar? Ada yang tau?

Inflasi disebut ringan jika besarannya kurang dari 10% per tahun. Kalau di atas itu gimana ya?

Inflasi disebut sedang jika besarannya antara 10%-30% per tahun & tergolong berat jika besarannya 30% - 100% per tahun. Bagaimana dengan hiperinflasi? Besarannya terjadi lebih dari 100% per tahun! Pernahkah terjadi ??

Pernah! Indonesia pernah mengalami hiperinflasi pada era Orde Lama, saat inflasi mencapai 600%! Nah baru pada masa Orde Baru sampai masa Reformasi, angka inflasi mulai terkontrol!

Ada lagi hiperinflasi yang cukup mengerikan, terjadi di Zimbabwe yang mencapai 13 juta %! Pada waktu itu harga semangkuk makanan di Zimbabwe bisa berharga 500 juta dollar Zimbabwe. Parah sekali! 

Pada umumnya, inflasi di Indonesia cenderung tinggi, terutama jika dibandingkan negara tetangga, ASEAN. Inflasi salah satunya karena kondisi geografis & infrastruktur yang kurang mendukung sehingga biaya ekonomi cukup tinggi untuk distribusi. Selain itu, inflasi di Indonesia biasa disebabkan oleh pergerakan barang konsumsi, seperti bahan makanan pokok & BBM.

Mudah saja mencermati inflasi di Indonesia, datang ke pasar & perhatikan harga-harga kebutuhan pokok ;)
Inflasi di Indonesia memiliki pola lho, dan juga cenderung fluktuatif / naik turun. Maksudnya gimana ya?

Bulan Desember - Januari biasanya inflasi naik karena masa libur panjang Natal dan tahun baru. Nah pada bulan Februari biasanya inflasi turun karena orang mulai berhemat setelah banyak pengeluaran berlibur di akhir tahun.

Bulan Maret - Juni inflasi cukup rendah karena merupakan masa panen raya padi. Nah pada bulan Juli biasanya inflasi naik karena merupakan tahun ajaran baru ,pengeluaran untuk pendidikan & liburan meningkat.

Agustus - November biasanya inflasi biasa saja, merupakan masa panen gadu padi. Nah ketika Idul Fitri / Lebaran, biasanya inflasi naik cukup tajam karena pengeluaran untuk mudik & konsumsi.

Sumber : EllenMay @pakarsaham

1 komentar:

  1. Thank infonya dan keren artikelnya. Oh iya, kalo temen-temen mau investasi yang aman dari inflasi, boleh dicoba nih Danain. Katanya sih aman karena ada jaminannya dan udh gitu menguntungkan juga.. investasi yang aman dari inflasi

    BalasHapus