Angka inflasi
adalah angka yang mengukur tingkat
barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen. Harga-harga yang naik tinggi
mendorong naiknya angka inflasi yang tinggi.
Jika angka
inflasi
tinggi, biasanya BI / Bank Indonesia
cenderung meningkatkan suku bunga. Jika suku bunga naik, maka beban perusahaan
bertambah, terutama perusahaan yang banyak meminjam dari bank. Nah dengan beban
yang semakin bertambah tersebut, akan mengurangi tingkat keuntungan perusahaan.
Selain
itu, harga-harga bahan baku yang naik juga akan menambah beban perusahaan.
Akibatnya; jika inflasi naik dan suku bunga meningkat, harga saham beberapa
perusahaan cenderung turun. Karena itulah, angka inflasi yang berlebihan akan menjadi
sentiment negatif bagi para investor saham.
Contohnya,
pada tahun 1998 saat terjadi krisis finansial, angka inflasi
mencapai 58%, IHSG waktu itu terjun
menjadi 398. Tahukah kamu, pada tahun 2005, terjadi inflasi
tinggi karena kenaikan harga BBM dan
IHSG sempat turun dalam!
Demikian
pula ketika tahun 2008, harga saham sempat turun cukup dalam karena krisis
global & inflasi. Namun tahun 2005-2008 cukup berbeda dengan tahun 1998
karena inflasi
tahun 98 disertai GDP yang buruk.
Sebenarnya
inflasi
itu tidak selalu buruk lho. Inflasi
dalam batas wajar dan normal menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi. Jika inflasi
wajar, orang akan terdorong untuk
terus bekerja, menabung, dan berinvestasi.
Nah inflasi
yang tidak baik adalah inflasi yang
berlebihan / HIPERINFLASI sehingga uang menjadi tidak berharga. HIPERINFLASI
juga membuat daya beli masyarakat merosot tajam. Nah, sebenarnya berapa sih
angka patokan inflasi bisa dikatakan wajar? Ada yang tau?
Inflasi disebut ringan jika besarannya kurang dari 10% per tahun.
Kalau di atas itu gimana ya?
Inflasi disebut sedang jika besarannya antara 10%-30% per tahun
& tergolong berat jika besarannya 30% - 100% per tahun. Bagaimana dengan
hiperinflasi? Besarannya terjadi lebih dari 100% per tahun! Pernahkah terjadi ??
Pernah! Indonesia
pernah mengalami hiperinflasi pada era Orde Lama, saat inflasi
mencapai 600%! Nah baru pada masa
Orde Baru sampai masa Reformasi, angka inflasi mulai terkontrol!
Ada lagi
hiperinflasi yang cukup mengerikan, terjadi di Zimbabwe yang mencapai 13 juta
%! Pada waktu itu harga semangkuk makanan di Zimbabwe bisa berharga 500 juta
dollar Zimbabwe. Parah sekali!
Pada
umumnya, inflasi di Indonesia cenderung tinggi, terutama jika dibandingkan
negara tetangga, ASEAN. Inflasi salah satunya karena kondisi geografis & infrastruktur yang
kurang mendukung sehingga biaya ekonomi cukup tinggi untuk distribusi. Selain
itu, inflasi di Indonesia biasa disebabkan oleh pergerakan barang konsumsi, seperti
bahan makanan pokok & BBM.
Mudah saja
mencermati inflasi di Indonesia, datang ke pasar & perhatikan harga-harga
kebutuhan pokok ;)
Inflasi di
Indonesia memiliki pola lho, dan juga cenderung fluktuatif / naik turun.
Maksudnya gimana ya?
Bulan
Desember - Januari biasanya inflasi naik karena masa libur panjang Natal dan
tahun baru. Nah pada bulan Februari biasanya inflasi turun karena orang mulai berhemat
setelah banyak pengeluaran berlibur di akhir tahun.
Bulan
Maret - Juni inflasi cukup rendah karena merupakan masa panen raya padi. Nah pada
bulan Juli biasanya inflasi naik karena merupakan tahun ajaran baru ,pengeluaran untuk
pendidikan & liburan meningkat.
Agustus -
November biasanya inflasi biasa saja, merupakan masa panen gadu padi. Nah
ketika Idul Fitri / Lebaran, biasanya inflasi naik cukup tajam karena pengeluaran
untuk mudik & konsumsi.
Sumber :
EllenMay @pakarsaham
Thank infonya dan keren artikelnya. Oh iya, kalo temen-temen mau investasi yang aman dari inflasi, boleh dicoba nih Danain. Katanya sih aman karena ada jaminannya dan udh gitu menguntungkan juga.. investasi yang aman dari inflasi
BalasHapus