Derivatif berasal dari kata derive
yang artinya turunan dari yang utama. Jadi secara mudah bisa diartikan Produk
Derivatif adalah produk turunan dari produk investasi yang utama. Maka bila ada
produk yang masuk dalam kategori Produk Derivatif, maka pasti ada produk utama
yang menjadi sumber transaksi mereka.
Karena hanya merupakan turunan dari
yang utama, maka bisa dikatakan semua produk yang dijual beli bisa
diderivatifkan. Beberapa yang paling umum dikenal adalah Derivatif Emas, Valas,
Indeks Saham dan lain-lain. Beberapa transaksi Derivatif paling umum adalah
Call, Option, Spot, Forward dan sebagainya.
Dalam hirarki investasi, Derivatif
masuk ke jenis investasi paling berisiko. Walaupun secara mudah bisa dikatakan
bahwa transaksinya sama yaitu jual dan beli, namun dalam Transaksi Derivatif
terdapat unsur margin yang membuat transaksi ini menjadi lebih berisiko. Karena
transaksi ini turunan dari yang utama, maka pastinya kita juga tidak
bertransaksi seperti yang utama.
Gampangnya kami kasih ilustrasi
mudah yaitu pembelian rumah. Misal anda ingin membeli rumah seharga 100 juta,
rumah belum ada tapi pengembang sudah menjual gambar. Anda yakin bahwa harga
rumah tadi bila sudah jadi maka akan meningkat dari harga yang ditawarkan
pengembang.
Maka secara normal, untuk beli rumah
tadi anda harus bayar 100, dapat bukti hak, tunggu dibangun dan anda jual. Tapi
bisa juga anda lakukan dengan membayar 100, Dan sebelum rumah jadi kalau ada
yang berminat ingin beli dengan harga di atas 100 maka anda jual. Atau lebih
advance lagi, anda bisa pakai KPR senilai 30%, maka anda dapat 2 rumah, dan
anda jual rumah tadi dengan minta pembeli mengganti KPRnya plus keuntungan
anda.
Nah Derivatif sama seperti transaksi
terakhir, dengan dana tidak sebesar harga rumah, anda sudah bisa bertransaksi
beli dan jual rumah. Bagaimana dengan margin? Gampangnya, margin seperti bunga
KPR yang harus anda bayar selama rumah belum laku, maka kita tetap harus bayar
bunganya.
Hanya saja bedanya adalah, bila
transaksi rumah di atas digambarkan dengan bunga, maka di produk lain
digambarkan dengan harga. Artinya kalau harga turun dari harga pembelian, maka
kita harus menambah dana margin agar modal pembelian kita tidak hilang.
Mudahnya, anda beli senilai 100,
maka anda punya peluru senilai 100 tadi. Bila harga turun dibawah 100, maka
anda harus mengisi lagi peluru anda atau anda dianggap kalah. Mungkin agak
membingungkan, tapi dalam prakteknya tidak serumit teorinya.
Dalam transaksi Derivatif dikenal
istilah two ways investment, artinya kita bisa melakukan transaksi untuk 2
posisi. Saat harga cenderung naik, kita bisa pasang posisi beli, dan ketika
posisi cenderung turun kita bisa pasang posisi jual. Mengapa bisa demikian?
Karena sekali lagi kita tidak berinvestasi di produk yang real. Jadi
kesimpulannya, dengan Derivatif kita bisa invest dengan dana kecil untuk
transaksi besar, dan kita bisa masuk dalam 2 posisi baik beli lalu jual, atau
jual kemudian beli.
Benarkah Derivatif investasi bukan
judi? Agak sulit menilainya, karena tiap orang punya penilaian sendiri. Bagi
yang menilai judi, alasannya karena tanpa ada produknya maka disebut judi. Sedangkan
yang menilai invest karena dalam menentukan posisi baik beli dan jual ada
perhitungannya, maka itu bukan judi. Menurut anda? Anda bisa menilainya
sendiri.
Di beberapa negara maju Pasar
Derivatif sangat berkembang, bahkan bisa menjadi penentu ekonomi. Ingat kasus
Supreme Morgate? Itu juga disebabkan oleh Transaksi Derivatif. Di Indonesia
sendiri terdapat 2 Pasar Transaksi Derivatif yaitu Jakarta Future Exchange (JFX)
dan Indonesia Commodities and Derivatif Exchange (ICDX).
Tapi di luar itu sangat banyak Pasar
dan Transaksi Derivatif. Hampir semua pasar trading saham di internet adalah
Derivatif. Nah friends, sekian dulu pengenalan kita dengan Derivatif.
sumber : @kokiduit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar