RD selanjutnya adalah RD Saham
(RDS). Dari namanya sudah jelas bahwa RDS adalah RD yang mana MI menginvest
dana kita di saham. Sama seperti RDPT, RDS juga bisa meningkat atau menurun
nilainya.
Penyebabnya sama karena ada harga
pasar yang berlaku. Walaupun perusahaan untung tapi nilai pasarnya turun, maka
nilai sahamnya juga turun dan otomatis RDS juga turun nilainya. Sangat
menyaranan klien untuk investasi di RDS bagi yang memiliki tujuan lebih dari 10
tahun ke depan. Sebab secara logika saja nilai perusahaan pasti selalu akan
naik, minimal karena adanya inflasi.
Misalnya perusahaan perkebunan,
kalau meraka tidak melakukan kegiatan apapun, secara logika nilai asset tanahnya
pasti akan naik karena inflasi. Bila ditambah dengan internal perusahaan yang
memberi target laba, maka nilai suatu perusahaan pasti akan naik.
RDS memang memberikan hasil yang
cukup besar. Biasanya digunakan untuk tujuan yang tiap tahun mematok hasil
investasi 20%. Beberapa reksadana sudah berkembang sangat tinggi. Misalnya RDS
panin sudah naik 75x lipat. Atau harganya dari 1000 saat dikeluarkan sekarang
jadi 75000.
Kalau saat pembukaan kita beli 1000
unit atau 1 juta maka saat ini uang kita menjadi 75 juta. Jauh melewati inflasi
yang menjadi musuh kita. Beberapa produk RDS lain juga memberi hasil yang
menggembirakan bila kita bicara jangka panjang.
Perkembangan nab RDS dan RDPT sangat
bergantung bagaimana MI bisa mengelola dana nasabahnya. Semakin ahli MI maka
perkembangan nab juga bagus. Sehingga salah satu keberhasilan investasi di RD
adalah pemilihan yang tepat di produk, artinya MI pemilik produk.
Kita bisa menilai kinerja MI dari
saham apa yang mereka pilih, dan juga perkembangan nab-nya. Itulah kenapa
sangat disarankan, bahwa dalam memilih RD setiap orang harus punya target. Target
yang nantinya di bandingkan dengan kinerja yang dihasilkan MI.
Jadi investasi bukan sekedar
meletakkan dana, tapi juga memiliki target yang harus dibandingkan dengan kenyataan
yang dicapai.
sumber : @kokiduit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar