Masih ada
beberapa reksadana (rd) khusus yang merupakan pengembangan dari rd dasar.
Rd
proteksi adalah reksadana yang memberi jaminan berupa keamanan besaran jumlah
investasi awal nasabah. Artinya kalau kita masuk 10 juta maka dijamin di akhir
periode pokok kita tidak akan berkurang, bahkan ada yang menjanjikan lebih.
Apa
bedanya dengan deposito dan obligasi? Beda dengan deposito adalah dari hasilnya.
Kalau deposito dapat bunga kalau proteksi dapat bagi hasil. Jadi hasil proteksi
bisa tidak tetap. Bedanya dengan obligasi? Sama saja, yaitu secara total
pengembaliannya proteksi tidak bisa dipastikan tetap.
Rd indeks,
disebut indeks karena investasinya mengaju indeks yang ada di pasar. Di pasar
ada banyak indeks yang terbentuk: mulai dari yang terbesar yaitu IHSG, LQ45,
BI40, Kompas100, Saham Syariah dll. Nah rd indeks berinvestasi mengikuti indeks
dasarnya, artinya saham pilihan adalah saham yang tercantum di indeks tadi.
Kalau kita
lihat dengan teliti biaya masuk dan keluar, rd ini lebih rendah dari yang lain;
ini karena dianggap MI tidak melakukan effort terlalu besar. Pemilihan saham
hanya ikut perkembangan indeks.
Rd syariah
adalah rd dengan basic saham dan obligasi syariah. Apa yang membedakan rd
syariah dan indeks syariah? Sederhana saja, saham di rd syariah pasti ada di rd
indeks syariah. Tapi saham di indeks belum tentu ada di rd syariah. Artinya
saham di rd syariah adalah saham pilihan dari saham indeks.
Kalau kita
perhatikan dengan seksama maka di Indonesia sampai saat ini hanya terdapat rd
pendapatan tetap atau pasar uang mata uang asing. Ini karena memang hanya ada
obligasi dan pasar uang yang investasinya dalam denominasi mata uang asing.
Basic
investasi lain belum ada. Jadi kalau ada yang menawarkan rd saham dalam mata
uang asing, mungkin kita harus lebih hati-hati karena bisa jadi bukan produk
dari negara kita. Perencana Keuangan biasanya menyarankan klien untuk membeli
rd yang berasal dari dalam negeri.
Karena
produk dasar rd sangat unik, kita harus tahu kondisi dan latar belakang produk
dasarnya. Misalnya rd saham; investor yang baik pastinya tahu ke saham mana
saja uangnya ditanam. Nah kalau sahamnya di luar negeri pasti akan sulit untuk
kita melakukan kontrol. Melihat produk Astra atau Telkom di Indonesia pasti
lebih mudah dibanding melihat produk perusahaan dari luar.
Untuk
menilai apakah reksadana incaran kita benar dan tidak bodong (ingat kasus rd
bodong Century), secara sederhana adalah: Nama reksadana tadi ada di media
ekonomi seperti @Kontan, @BisnisIndonesia dll.
Saat kita
membeli, maka kita akan menyetor ke rekening dengan nama produk tadi, bukan
nama perusahaan apalagi nama orang.
Sampai
saat ini rd belum bisa dibuka dengan cara online. Jadi kalau ada penawaran
online maka pembukaan rekening pasti harus tatap muka.
Menilai
reksadana ada beragam cara, sangat bergantung dari tujuan si nasabah
berinvestasi. Tapi intinya bagi nasabah cuma 1 yaitu kenaikan asset yang
dimiliki. Untuk itu dalam memilih rd kita juga harus melihat bagaimana MI
sebagai koki meracik uang kita agar bisa tumbuh dengan optimal.
Itulah
mengapa historis kinerja sangat diperlukan, dan keterbukaan MI untuk memberi
informasi juga penting.
Pelajari
kinerja minimal 3 tahun ke belakang, kalau mau hingga 5 tahun. MI yang bagus
memiliki kinerja yang stabil dan konsisten. Pastinya yang konsistensinya naik
bukan turun hehe. Tapi bukan berarti juga kita tidak boleh masuk ke MI yang
berani berspekulasi.
Untuk
tujuan kita yang panjang, tahun-tahun awal tidak masalah untuk mencoba MI yang
berani. Biasanya ditandai dengan pertumbuhan yang sangat ekstrim, naik tinggi
kemudian turun tinggi, begitu seterusnya. Nah kalau kita agak risk taker tidak
apa ambil rd ini di awal, tapi mendekati tujuan pindah ke rd yang lebih stabil
agar tidak terguncang saat kita mau cairkan.
Saat ini
hampir semua rd sedang rontok, khususnya yang term yaitu pendapatan tetap dan
saham. Pendapatan tetap turun karena BI rate yang terus naik, dan saham karena
kondisi ekonomi pasar.
Ada yang
bilang ini saat untuk masuk lebih banyak tapi menurut kami ini saat untuk
menunggu. Kalau sudah punya jadwal rutin, tetap jalan. Tapi untuk top up;
tunggu habis lebaran ya...
Kalau
bunga sampai ke 7% maka sudah pasti kondisi ekonomi kita akan turun. Lepas di
pendapatan tetap, masuk ke pasar uang untuk cari moment masuk di saham.
O ya, ada
produk turunan rd yang namanya ETF (exchange trade fund) yaitu reksadana yang
diperjual belikan di pasar modal. Jadi selain berfungsi sebagai sarana
investasi, rd bisa diperjual belikan di pasar modal. So bukan hanya dicairkan
ke penerbit.
sumber : @kokiduit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar