Sabtu, 24 Oktober 2015

Ketika Rupiah Tersungkur



Berita terakhir Rupiah kita sudah ada di angka 12.000 per USD. Sudah naik cukup tinggi sejak awal November 2013.

Hasil gambar untuk rupiah melemahKenaikan ini memang tidak terlalu kita rasakan karena transaksional harian kita yang menggunakan Rupiah. Belum lagi harga-harga yang belum mengalami kenaikan, karena perusahaan masih menggunakan harga lama sebagai pengukur transaksinya.

Ya, kalau kita gunakan rata-rata transaksi pembayaran secara kredit yang bisa sampai 3 bulan maka harga akan mengalami perubahan sekitar 6 bulan ke depan. Tiga bulan masa pembayaran dan 3 bulan lagi masa penjualan. 

Jadi kalau dalam 4 bulan masih tidak bisa ditahan, bersiap saja untuk adanya kenaikan.

Memang harus diakui pengaruh paling terlihat dengan kenaikan kurs adalah konsumsi. Sebab sebagai individu kita pasti memiliki kebutuhan untuk konsumsi.

Nah dengan meningkatnya konsumsi, otomatis akan ada prioritas lain yang harus dikorbankan. Biasanya sih yang terjadi adalah pengorbanan sisi investasi. Oleh karenanya dengan penurunan nilai Rupiah kita harus bisa berstrategi agar tetap bisa investasi.

Hasil gambar untuk valas
Beberapa mengatakan caranya adalah dengan memindahkan dana ke investasi bentuk Dollar. Hanya masalahnya kita tidak pernah tahu apakah Dollar akan kemudian naik lagi atau malah turun.Ketika naik, tidak ada masalah. Tapi kalau turun, maka bencanalah yang terjadi. Belum lagi dengan adanya kenaikan kurs, artinya kepemilikan kita akan semakin kecil.

Contohnya ketika kita punya 10 juta dan disimpan di Valas harga 10 ribu, artinya kita punya 1000. Tapi karena sekarang 12 ribu artinya jumlah Dollar yang kita dapat menjadi di bawah 1000.

Nah satu hal yang biasanya terjadi, ketika Dollar naik maka Emas juga naik. Bagaimana sekarang? Ternyata Emas tetap stagnan bahkan cendurung turun. Berarti bisa dikatakan bahwa harga Emas saat ini turun secara nilai. Artinya bisa dikatakan murah. Sebab biasanya kenaikan Emas selain dari sisi nilai juga dari kurs. Maklum emas adalah komoditas dunia.

Produk lain yang turun adalah Saham, khususnya beberapa Saham yang memiliki sejarah di valuta asing atau impor. Namun bukan berarti semua Saham akan jelek. Melihat kondisi negara kita yang sedang bertumbuh, maka masih ada Saham yang memilki peluang bagus.

Hasil gambar untuk sahamKonsumsi yang dipengaruhi jumlah penduduk Indonesia yang 60% produktif.
Infrastruktur yang dipengaruhi kebutuhan rakyatnya yang tinggi adalah beberapa diantaranya.
Khusus untuk mereka yang memiliki kebutuhan Valas untuk 4 bulan kedepan, maka jangan berspekulasi; lakukan pencairan sekarang dan simpan dalam Valas.

Untuk yang mau bermain Valas dan mendapatkan keuntungan sesaat, mungkin bisa mencoba, mengingat akhir tahun banyak yang liburan keluar negeri dan saat berbelanja bagi kalangan tertentu.

Untuk yang punya tujuan jangka panjang, tidak usah panik. Ini adalah saat untuk menilai bagaimana kinerja produk kita.

Ada beberapa pembanding yang bisa dipakai, RD Saham dengan IHSG, RD Pendapatan Tetap dengan rata-rata Obligasi atau malah Deposito spesial, properti dengan inflasi, dst.

Keterpurukan Rupiah memang akan menjadi masalah bila hal ini terus dan tetap berlanjut dalam 6 bulan ke depan. Apalagi saat Pemilu dimana Rupiah lebih banyak keluar untuk kebutuhan Pemilu. Jadi, mari kita lihat dan tunggu, bagaimana penguasa mengatasi hal ini.

Kata pembuat kebijakan, kurs ideal sih di 11.500. Dan itupun sudah turun dibandingkan dengan awal tahun. Jadi apa yang harus kita lakukan? Mari tetap fokus dan lihat bagaimana perkembangannya :)

sumber : @kokiduit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar