Krisis 1988 timbul karena adanya Pakto 88 tentang aturan
pendirian bank. Satu sisi ada baiknya karena mudah buat bank tapi sisi
negatifnya membuat risiko keuangan jadi tinggi karena banyak bank yang dibuat
asal jadi dan ekonomi menjadi memanas.
Krisis selanjutnya tahun 1998. Mungkin dan semoga, ini
adalah yang terparah yang pernah kita alami. Spekulasi keuangan dan rusaknya
tatanan ekonomi Asia yang menjadi penyebabnya.
Kenapa 2 pasar ini yang paling mudah kena? Karena di pasar
ini dana yang masuk paling mudah untuk masuk dan keluar. Biasanya 2 pasar
inilah yang digunakan sebagai indikasi awal krisis. Saham dan valas jatuh, maka
investasi riil juga akan jatuh.
Lalu bagaimana dengan saat ini, apakah krisis? Walaupun
tidak bermaksud mendahului, siklus krisis kita adalah 10 tahunan, jadi belum
sekarang :)
Cadangan pemerintah lebih tinggi dari 1998. Dan sekarang
yang sedang ‘sakit’ bukan cuma kita tapi Eropa, US dan juga Cina. Nah, sampai
disini mungkin cukup ngobrol makronya, sekarang mikro, yaitu bagaimana
investasi kita.
Ada 2 akibat yang pasti bisa terjadi pada investasi kita
yaitu positif dan negatif. Positif artinya kita mendapat manfaat dari krisis
ini, dan negatif artinya kita dirugikan dengan kondisi ini.
Potensi kerugian dalam investasi akan terjadi di jenis
investasi jangka pendek. Kenapa saya sebut potensi? Karena sebenarnya kerugian
baru terjadi bila sudah direalisasikan.
Sebagai contoh, kalau selama ini Anda gunakan RD Saham untuk
tujuan jangka pendek, maka pastinya akan merasakan kerugian karena harus
merealisasikan kerugian itu. Tapi bila Anda gunakan RD Pasar Uang, maka krisis
ini tidak menjadi masalah karena penurunan pasar uang tidak sedalam valas,
bahkan ada kecenderungan naik.
Di saat krisis sebenarnya ada potensi hasil yang bisa kita
raih, khususnya untuk jangka panjang atau untuk spekulasi. Walau sebenarnya
tidak begitu baik, tapi untuk mereka yang profil risikonya tinggi dan
keuangannya terorganisir. Mungkin bisa coba sedikit dana jangka panjangnya
untuk spekulasi.
Pasar sudah turun hampir 20% dari posisi tertingginya, jadi
potensi naiknya sangat besar. Dan waktu penurunannya sangat cepat, tidak sampai
6 bulan, jadi potensi naik cepat juga tinggi. Sampai saat ini ilmu siklus masih
berlaku yaitu pasar akan selalu naik dan selalu diikuti dengan turun.
Kenaikan cepat juga diikuti dengan penurunan cepat, begitu
sebaliknya. Jadi untuk yang punya investasi jangka panjang, kondisi ini tidak
perlu ditakuti. Malah sangat bisa menjadi potensi untuk ambil keuntungan. Top
up investasi kalau memungkinkan, atau likuidasi sedikit investasi jangka
panjang untuk spekulasi, tidak haram kok.
Apakah bijak lepas emas untuk beli saham saat ini? Kalau
kami, ya. Tapi syaratnya tujuan investasi dengan emas masih 2 tahun lagi. Kalau
dibawah 2 tahun apalagi 1 tahun ini bukan keputusan yang benar.
Kalau melepas RD Pasar Uang? Hehe…itu artinya Anda sudah
salah sejak awal. Karena pasar uang harus untuk tujuan tidak sampai 2 tahun.
Untuk Anda yang sudah untung, realisasikan sebagian, bukan
seluruhnya; kecuali bila anda simpan valas tanpa tujuan ke luar negeri dalam 2
bulan ke depan.
Untuk yang belum pernah invest di saham, saatnya untuk mulai
dan mencoba. Sebagian besar sudah discount, khususnya untuk bluechip. Mulai
kumpulkan dan tinggal tunggu asing kembali lagi untuk cari. Beberapa sektor
yang bisa dilirik adalah perbankan, konsumsi dan infrastruktur.
Emas atau saham? Saran sih saham. Tapi untuk yang tidak
berani saham, emas mungkin bisa tapi beli berkala saja ya.
Kesimpulannya, bila kita sudah "benar" dalam
investasi, maka seharusnya tidak perlu panik dengan kondisi saat ini. Bahkan
kalau kita tenang, ini saatnya ambil peluang.
sumber : @kokiduit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar