Bahasa Sunda merupakan satu dari sekian puluh bahkan mungkin ratus
bahasa di Nusantara. Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan etnis
ini sangat kaya dengan bahasa daerah. Karenanya, satu kata bisa
mengandung makna yang berbeda, tergantung suku mana yang mengucapkannya.
Misalnya, “atos” dalam bahasa Sunda bermakna “sudah”, tetapi dalam
bahasa Jawa “atos” itu berarti “keras”.
Bahkan, sesama bahasa Jawa saja makna satu kata bisa berbeda. “Mari”
dalam bahasa Jawa Tengah itu berarti “sembuh”. “Wis mari” itu artinya
“sudah sembuh”. Sementara dalam bahasa Jawa Timur “mari” berarti
“selesai”. Bila orang Jawa Timur berucap, “Pekerjaanmu wis mari, ta?”
Itu berarti, “Apakah pekerjaanmu sudah selesai?”
Dalam bahasa Jawa, “kenek” itu berarti “kena” [menyentuh,
mendapatkan, menyenggol, menabrak]. Sementara orang Batak memahami kata
kenek itu sebagai kondektur alias asisten sopir yang membantu mencari
penumpang dan mengutip uang ongkos dari penumpang bus.
Alkisah, seorang sopir bus yang berasal dari Batak punya kondektur
baru orang Jawa. Suatu ketika, bus ini hendak parkir di terminal Blok M
karena sang sopir lapar dan hendak makan siang. Kondektur baru orang
Jawa ini memberi instruksi, “Mundur! Terus! Kanan dikit, terus, lurus,
terus!”
Tiba-tiba terdengar suara keras. Brak! Rupanya bagian belakang bus
menabrak tembok pembatas. Sang sopir langsung memaki, “Dasar, kenek
tai!” Dari belakang bus sang kondektur menjawab, “Gak kenek tai kok,
tapi kenek tembok.” Hehehe….
sumber: www.jamilazzaini.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar