Siapa orang terdekat di keluarga Anda selain anggota keluarga dan
saudara? Jawabannya tentu beragam. Namun saya yakin ada yang menjawab,
tetangga, asisten rumah tangga, sopir, teman kuliah dan lain-lain.
Jangan lupa, siapapun kita punya kewajiban menanamkan nilai-nilai
kebaikan dan keimanan kepada orang yang terdekat.
Orang-orang di sekitar kita termasuk kita tentunya perlu di up-grade
wawasannya, etika dan akhlaknya maupun nilai-nilai spiritualnya. Apabila
tidak, anggota keluarga kita bisa mendapatkan “cipratan” keburukan dari
orang tersebut. Dalam jangka panjang, keburukan yang berulang dilakukan
bisa menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan.
Contoh berikut adalah cerita suatu keluarga yang abai memerhatikan
nilai-nilai spiritual dan etika. Dikisahkan, seorang ibu rumah tangga
memarahi asisten rumah tangganya dengan kata-kata yang sangat kotor dan
melecehkan. Sang ibu itu betkata, “Dasar kamu orang miskin, bodoh,
rendah dan lemah.”
Mendengar cacian itu, sang asisten tak kuasa menahan emosinya dan
membalas dengan ucapan, “Saya memang orang lemah bu, tapi setidaknya di
atas kasur saya lebih hebat dibandingkan ibu.”
Mendengar jawaban itu, sang ibu terkejut. Rasa cemburu, amarah dan
emosi menjadi satu. Dia berpikir, “Kok tega-teganya suamiku melakukan
‘hubungan’ dengan pembantunya. Dan lebih tega lagi, kok suamiku
menceritakan hal yang pribadi ini kepada pembantu.”
Maka sang ibu menghardik asisten rumah tangga itu, “Hah? Berapa kali
kamu melakukan itu dengan suamiku. Suamiku ngomong apa sama kamu?”
Dengan enteng asisten rumah tangga itu menjawab, “Yang cerita bukan suami ibu kok, tapi sopir ibu.”
sumber: www.jamilazzaini.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar