Senin, 22 Juni 2015

Raja dan Ratu Sederhana

Hasil gambar untuk pesta pernikahan sederhanaDemi menjadi raja dan ratu sehari banyak orang yang melakukan persiapan pesta pernikahan berbulan-bulan. Rupanya ada orang yang ingin terlihat “wah” sehingga melakukan pestanya dengan mewah.

Dengan alasan demi harga diri, demi gengsi, demi anak satu-satunya, demi anak pertama atau demi anak bungsu mereka rela mengadakan pesta yang semu. Hanya karena ingin mendapat pengakuaan “hebat” beberapa jam, mereka rela meminjam. Decak kagum boleh jadi mereka dapat dalam waktu sesaat. Namun, usai pesta pernikahan hidup mereka menjadi sekarat.

Kehidupan pernikahan yang terpenting bukanlah saat pesta. Buat apa kita mendapat tepuk tangan dari para undangan namun setelah itu tak mampu membayar tagihan. Untuk apa pesta pernikahan mewah namun setelah itu Anda tak punya rumah. Rasa syukur kepada Sang Maha Pemurah tidak harus diwujudkan dalam bentuk pesta yang mewah.

Kesederhanaan tidak akan menurunkan harga diri Anda. Pikirkanlah usai pesta, jangan hanya fokus untuk menjadi raja dan ratu sehari saja. Orang-orang datang ke pernikahan bukan untuk melihat kemewahan, namun ingin mendoakan Anda. Bukankah doa lebih khusyu dan khidmat bila dilakukan dalam kesederhanaan?

Keberkahan ada dalam kesederhanaan. Ketenangan itu menjauh dari segala kemewahan. Kenikmatan itu hadir bila tidak ada keterpaksaan.  Kebahagiaan mendekati orang-orang yang tampil apa adanya, bukan yang memaksakan diri demi gengsi.

Kepada orang tua, jangan ajari anak atau menantumu hidup dengan topeng, terlihat wah padahal hidupnya susah. Wahai para pemuda yang hendak menikah, fokuslah pada kehidupan setelah pesta. Jadilah raja dan ratu sehari yang sederhana saja. Ketahuilah, setelah pesta usai masih banyak kewajiban yang perlu kau tunaikan. Setuju?
sumber: +Jamil Azzaini 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar