Demi menjadi raja dan ratu sehari banyak orang yang melakukan
persiapan pesta pernikahan berbulan-bulan. Rupanya ada orang yang ingin
terlihat “wah” sehingga melakukan pestanya dengan mewah.
Dengan alasan demi harga diri, demi gengsi, demi anak satu-satunya,
demi anak pertama atau demi anak bungsu mereka rela mengadakan pesta
yang semu. Hanya karena ingin mendapat pengakuaan “hebat” beberapa jam,
mereka rela meminjam. Decak kagum boleh jadi mereka dapat dalam waktu
sesaat. Namun, usai pesta pernikahan hidup mereka menjadi sekarat.
Kehidupan pernikahan yang terpenting bukanlah saat pesta. Buat apa
kita mendapat tepuk tangan dari para undangan namun setelah itu tak
mampu membayar tagihan. Untuk apa pesta pernikahan mewah namun setelah
itu Anda tak punya rumah. Rasa syukur kepada Sang Maha Pemurah tidak
harus diwujudkan dalam bentuk pesta yang mewah.
Kesederhanaan tidak akan menurunkan harga diri Anda. Pikirkanlah usai
pesta, jangan hanya fokus untuk menjadi raja dan ratu sehari saja.
Orang-orang datang ke pernikahan bukan untuk melihat kemewahan, namun
ingin mendoakan Anda. Bukankah doa lebih khusyu dan khidmat bila
dilakukan dalam kesederhanaan?
Keberkahan ada dalam kesederhanaan. Ketenangan itu menjauh dari segala
kemewahan. Kenikmatan itu hadir bila tidak ada keterpaksaan.
Kebahagiaan mendekati orang-orang yang tampil apa adanya, bukan yang
memaksakan diri demi gengsi.
Kepada orang tua, jangan ajari anak atau menantumu hidup dengan
topeng, terlihat wah padahal hidupnya susah. Wahai para pemuda yang
hendak menikah, fokuslah pada kehidupan setelah pesta. Jadilah raja dan
ratu sehari yang sederhana saja. Ketahuilah, setelah pesta usai masih
banyak kewajiban yang perlu kau tunaikan. Setuju?
sumber: +Jamil Azzaini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar