Seiring dengan meningkatnya literasi keuangan, semakin banyak orang yang punya portofolio investasi. Tergantung profil resiko dan tujuan investasi, setiap orang bisa memiliki kombinasi alokasi harta investasi yang berbeda-beda.
Dengan adanya kasus investasi gagal atau bodong, ada sebagian investor yang tidak percaya dengan investasi di harta likuid. Ada yang bilang investasi paling benar di emas, karena nilainya pasti naik dan setiap hari bisa dipegang. Ada juga yang berpendapat investasi terbaik adalah di properti. Baginya investasi reksadana, ORI, atau saham, bukan pilihan.
Tidak berinvestasi di harta likuid memang sah saja. Tetapi, ada juga kasus akibat alokasi portofolio yang tidak seimbang dapat menyebabkan tujuan investasi tidak terwujud.
Ada keluarga yang menemukan kesulitan saat di-PHK dari tempat kerja atau memasuki usia pra-pensiun. Mereka bekerja lebih dari 25 tahun dan menginvestasikan sisa penghasilan di
tanah dan properti, serta punya tabungan & deposito. Dua tahun setelah tidak lagi menerima penghasilan, mereka dapat memenuhi standar hidup dari uang tabungan dan deposito.
Nah, saat saldonya mulai menipis, tentu pilihannya adalah menjual harta-harta likuid. Siapa sangka, menjual tanah sekarang ternyata sulit sekali. Yang punya properti pun kadang kesulitan menemukan penyewa. Sudah beberapa tahun, tak ada pembeli yang cocok. Akhirnya, nilai harta investasi yang besarpun tak bisa membeli apa-apa.
Sehingga, kata kuncinya adalah likuiditas. Yaitu tingkat kelancaran atau kemudahan suatu harta menjadi uang tunai. Kecuali supermarket bisa terima emas atau tanah Anda sebagai alat pembayaran.
Jika kekayaan adalah harta yang telah dimiliki, maka kaya adalah kondisi saat kita merasa mencapai hidup indah dan sejahtera. Meski jumlah uang bukan ukuran dalam mencapai kebahagiaan, kita sadar tetap butuh uang untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
Oleh sebab itu, menjadi kaya bukanlah tujuan utama kita. Namun, menjalani hidup yang indah dan sejahtera lah yang kita inginkan.
Tetap kaya adalah dimana Anda sanggup membiayai segala pengeluaran hidup rutin, tanpa harus bergantung dari gaji bulanan. Sehingga, jika kehilangan sumber penghasilan, maka harta simpanan dapat menutupi biaya hidup tanpa menurunkan standar hidup.
Apa pun profil resiko Anda, alokasi harta investasi antara harta likuid dan harta tidak likuid harus seimbang. Harta likuid yang dimaksud tidak terbatas tabungan & deposito.
Kepemilikan saham, ORI, emas batangan & reksadana pun termasuk.
Perhiasan emas tidak termasuk harta likuid. Karena akan dihargai berbeda-beda oleh toko emas, tergantung modelnya. Oleh sebab itu, belum tentu harga jualnya sesuai dengan yang Anda inginkan. Belum lagi adanya keterikatan emosi dengan barang perhiasan, menyebabkan adanya perasaan penurunan standar hidup.
Lalu seberapa lama Anda bisa menikmati “kekayaan” yang Anda miliki? Beginilah cara menghitungnya.
1. Anda perlu tahu berapa jumlah tabungan dan simpanan yang ada saat ini.
Ingat, yang boleh masuk dalam daftar hanyalah harta likuid. Jadi, perhiasan emas, tanah, properti, dan harta tidak likuid lainnya tidak bisa dimasukkan.
2. Tambahkan jumlah harta likuid dengan pemasukan dari bunga, sewa, atau lainnya. Selain gaji / bonus dari pekerjaan rutin.
3. Jumlah poin 1 dan 2 dibagi dengan besaran pengeluaran rutin per bulan.
Hasilnya merupakan durasi Anda bisa tetap kaya atau menikmati standar hidup seperti saat ini.
Kesimpulannya, harta likuid memang harus dimiliki oleh setiap portofolio dalam porsi yang seimbang. Komposisinya harus sesuai dengan profil resiko dan apa tujuan investasi Anda.
Ingatlah, kekayaan yang Anda kumpulkan bukan untuk ditimbun, tapi untuk digunakan agar bisa hidup tetap indah dan sejahtera.
sumber : +ZAPFinance TV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar